Perjalanan kepenulisan Eka Kurniawan

Hari ini saya 'wah' alias work at home menggarap konten yppti.org. Usai itu lantas membaca Kompas dan mengunduh artikel soal otonomi Provinsi Jawa Tengah yang berseri hingga lima tulisan.

Sambil menguping tayangan liputan mudik di Metro dan TvOne dan beberapa kali menyimak berita arus kendaraan di Cikampek atau pelabuhan Makassar, saya jalan-jalan ke blog kawan yang sudah lama tidak saya tongkrongi.


Memori segera lari ke cerpenis dan novelis Eka Kurniawan. Ia satu angkatan di atas saya di UGM, saya kuliah di Sospol, sedangkan Eka di Filsafat. Adalah persma/ pers mahasiswa yang membuat saya mengenalnya.

Ia di Balairung, saya memilih Bulaksumur. Kedua media kampus ini kebetulan satu atap, satu rumah, halaman, dapur bahkan kamar mandi.

Ketika yang lain mengenal Eka sebagai pegiat persma, kebetulan saja saya lebih mengenalnya selaku penyuka sastra. Mungkin karena saya mendengar atau tepatnya membaca namanya di bawah judul cerpen, kalau tidak salah "Kandang Babi". Cerpen ini diterbitkan oleh Balairung dalam buku kumpulan cerpen sekitar akhir tahun 1999 atau 2000an awal.

Begitulah, sore ini pula saya klik blog Eka yang saya pampang di blogroll. Postingan terakhirnya menjadi menu menunggu buka puasa.

Di situ Eka bertutur ringkas tentang perjalanan kepenulisannya. Dari ketertarikan, motivasi dan buku atau novel favoritnya yang sedikit banyak mempengaruhinya. Salah satunya novel Knut Hamsun, 'Lapar'. Itu, sebut Eka, novel tentang perjuangan seorang penulis muda.

Dalam postingan ini pula, penulis yang kini bermukim di Jakarta ini juga berkisah proses penerbitan buku kumpulan cerpennya, "Corat-coret di Toilet". Oya, dua novel yang telah terbit yaitu "Cantik itu Luka" dan "Lelaki Harimau."

Dari cerita Eka ini, saya pribadi belajar soal proses seorang penulis dalam berkeyakinan memilih karir, bergulat dengan persoalan sehari-hari (meski Eka menceritakannya sekilas), dan persepsinya soal cerpen dan dunia kepenulisan.

Menjelang tutup alinea, ia menulis, "... mungkin apa yang saya pikir tentang cerita pendek sudah jauh berubah (dan pasti akan terus berkembang). Masih banyak yang ingin saya tulis dan terbitkan. Tapi satu hal saya pikir masih: dalam menulis, saya masih terus mencari, masih mencoba menaklukkan sesuatu yang saya sendiri tak bisa mengatakannya apa."

Oya, bagi penikmat karya Pramudya Ananta Toer, silakan simak analisis Eka Kurniawan tentang karya-karya salah satu penulis favoritnya, "Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis". Buku ini diterbitkan dari skripsi Eka.

Soal proses menulis skripsi, ia juga berbagi  dalam postingan "Proses Menulis Skripsi" .

Salam blogger, 'met berbuka puasa sahabat :)