Mengikuti ajang lari atau race event merupakan kesempatan istimewa. Berlari bersama ratusan bahkan ribuan orang yang memiliki antusiasme ys sama menciptakan sensasi yang luar biasa.
Ikut dalam lomba lari juga menjadi semacam "ujian akhir" dari proses latihan berminggu-minggu. Bahkan untuk full marathon yang berjarak 42,195 km diperlukan latihan berbulan-bulan.
Full marathon dengan jarak sejauh itu tentu perlu kesiapan fisik, mental dan teknik serta strategi/manajemen lari. Itu semua adalah keharusan lantaran jarak FM begitu membentang.
Sebagai ilustrasi, jika di Jakarta 42K setara berlari dari Sarinah, Semanggi, Blok M sampai ITC Fatmawati (10K) dan bolak-balik 4 kali lebih.
Jika di Jogja, jarak FM itu sekitar seluruh panjang Ring Road yang mengelilingi kota itu.
Wajarlah jika menjelang dan sesudah ajang FM, banyak kawsn pelari yang bertutur tentang esensi, persiapan dan apa-apa saja konsekuensi ikut Full Marathon.
Oleh karena itu saya sengaja mengumpulkan artikel tentang marathon. Kali ini bukan tentang tips latihan, lha wong saya juga bukan atlet atau pelatih.
Selain menimba ilmu dari catatan beliau-beliau, menyimak respon dari kawan-kawan di kolom komentar ( klik tautan FB terlampir) juga semakin menambah wawasan dan juga peringatan :) salam.
Salam hormat untuk mas-mas mbak-mbak yang catatannya saya kutip di sini. Mohon maaf jika kurang berkenan, maksud saya untuk mengumpulkan catatan-catatan penting terkait lari terutama FM. :)
++++
Yasha Chatab
Satu hal yg tidak enak untuk dibicarakan adalah: Apakah SEMUA orang perlu untuk ikutan Full Marathon? Apalagi di Jakarta.
Menyelesaikan sebuah Full Marathon memang sebuah perjuangan yang sangat berat. Akan LEBIH berat apabila pelari TIDAK latihan cukup untuk itu. Saya pernah mengalami hal ini, jadi saya mengerti penderitaannya. JakMar 2013 (event pertama), finish di atas 6 jam dengan kram di mana2, dehidrasi, dan lecet2. TIDAK ENAK rasanya. Menderita.
Menjadi FINISHER dgn medali penamat dan kaos bertuliskan FINISHER memang keren banget. Apalagi bisa posting di sosmed. Pasti teman2 dan keluarga akan bilang: "Congrats Bro!" "Selamat Sis!" "Warbiyasak!" "Mantap gan!!!"...... that feels awesome tentunya.
Kita semua ingin menjadi winner. Overcoming the impossible. Tiap orang punya cerita sendiri2 mengapa ingin jadi finisher Marathon, dan cerita perjuangan tiap orang berbeda2.
Jam 11-an tadi saya menjadi salah satu personil di IndoRunners Runiversity Hydration Station di depan ex hotel Four Seasons. Sebelum tanjakan flyover ke arah Menteng. Panas terik. Amat sangat. Itu sekitar km 37.5. Di jam tersebut, saya melihat raut muka dan kondisi kebanyakan pelari yang melewati station kami. Letih. Kepanasan. Pincang-pincang. Dehidrasi. Menurut perhitungan saya, dgn pace saat itu, mereka tidak akan sampai ke FINISH sebelum Cut Off Time 7 jam.
Di event lari marathon international, biasanya ada banyak SWEEPING BUS yang akan membawa pelari2 yg tidak memenuhi syarat cut off time. Dan pelari-pelari tersebut harus mau ikut bus tersebut, karena mereka sudah masuk kategori DNF (Did Not Finish... in time).
Di Jakarta Marathon tahun ini, saya tidak merasa melihat ada Sweeping Bus. Apabila ada, ada berapa? Apabila ada, apakah peserta yang kena Cut Off Time mau untuk “diangkut”?
Memang JakMar pelaksanaannya masih jauh dari sempurna, tapi mari kita berkaca apakah sebagai peserta kita juga sudah mampu untuk menjadi peserta yang baik… yang bisa mengetahui kemampuan sendiri. Apakah kita memang sudah “patut” untuk bisa menyelesaikan full marathon? Memaksakan diri dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan penderitaan. Bisa cidera bahkan bisa juga kehilangan nyawa. Apakah ini suatu upaya pencapaian diri, atau hanya pemenuhan ego yang tidak bisa digantikan hal lain?
Menurut saya:
- lari marathon itu bukan untuk semua orang. Apalagi yang TIDAK LATIHAN. 42 km itu bukan untuk main2.
- running should be enjoyable. Not a torture.
- Berhenti bilang ke teman kita “Anyone CAN finish a marathon. Loe pasti bisa finish full marathon!”… karena itu menyesatkan. Please stop doing this. Just stop it!
Mohon maaf saya tidak bermaksud merendahkan pelari yang berjuang mati-matian supaya bisa finish walaupun sudah lebih dari 6 jam-an. Tiap orang punya alasan sendiri untuk finishing marathon. Dan tiap orang ingin punya kisah sendiri dalam pencapaiannya. The struggle is real. Saya bukan ingin merusak kisah heroik siapapun. Tapi jangan konyol.
Untuk marathon berikutnya, please TRAIN FOR IT. Banyak teman2 yg sudah mulai latihan marathon bareng. Cari pelatih. Belajar dari majalah Runners World. Liat program di YouTube. Cari informasinya. Mari mulai latihan.
Apabila tidak ada waktu untuk marathon training, masih banyak event lari 5k dan 10k yang seru. No shame in that. Tetap keren koq. Perbaiki aja waktu Personal Best nya tiap kali.
#respectthedistance
:)
+++
Nah, juga yang ini. biar nampol sekalian hahahaaaa.... sampeyan merasa ketampar? makanya... latihan yang bener, tahan ego :)
https://www.facebook.com/hashtag/finishganteng?source=feed_text&story_id=10153591085913482
Gue slalu bilang bhw usia prestasi gue praktis udah lewat. Mgkn gue masih bisa push batas kemampuan memang, tapi buat ngejar Agus Prayogo aja dijamin lemes semua ini bodi. Makanya buat gue paham teknik dasar dan ngatur pola latian musti tau....emang sih targetnya simple, dapet rekor pribadi dan cukuplah itu. Karena rekor nasional makan duren dlm semenit lebih bisa gw kejar daripada rekor nasional lari jarak menengah apalagi jauh.
Makanya gw gk ikutan FM di Bali ini, karena target #finishganteng kategori FM memang di New York Marathon (ini praktis krn alesan gay aja) lengkap dgn catatan waktu yg semlohei al bodi Farah Quinn.
Makanya gw gk ikutan FM di Bali ini, karena target #finishganteng kategori FM memang di New York Marathon (ini praktis krn alesan gay aja) lengkap dgn catatan waktu yg semlohei al bodi Farah Quinn.
Nah! Maem bener, minum banyak, mental yg siap, tau teknik dasar lengkap dengan pemanasannya dan tentu saja pakean ato sepatu yg memadai adalah modal gue. Makanya gw jadi heran, ini kok lari marathon tapi critanya bagai kisah mitologi siksa kubur yes? Jadi grup metal sih bagus tu Siksa Kubur, tapi jadi kisah masuk finish jadi kayak berita buruk pada mereka yg males lari yg perutnya buncitbuncit itu lho.
Olahraga apapun, bahkan catur sekalipun atau gaple dilakukan dengan cara! Cara bagaimana bisa mengakhirinya dengan baek. Atlet panahan juga menyiapkan diri mereka supaya gak tersiksa sepanjang proses pertandingan, makanya di tinju ada yg namanya TKO, gk peduli yg lagi gontai itu lg unggul angka.
Asal finish itu pemahaman yg sama dengan "asal beres aja dah ni masalah idup", mungkin krn gue bukan masokhis juga sih makanya gw menghindari segala siksa bodi sepanjang durasi perjalanan lari. Inget tu ada temen yg tahan siksaan kehausan lalu cacat sampe skrg. Gak ada itu#finishstrong kalo kaki mbledes lalu curhat di grup lari paling wahid sak endonesah ini.....
Inget, kapalan, blister atau kaki jadi 3 selepas marathon ada diluar tanggung jawab panitia. Kecuali bila dirimu setara Mo Farah.
Inget, kapalan, blister atau kaki jadi 3 selepas marathon ada diluar tanggung jawab panitia. Kecuali bila dirimu setara Mo Farah.
Bikin program, tanya temen, buka yutub, googling (jgn pesbukan ke grup ini aja) biar paham bijimane sih biar HM ato FM nya jadi santai bagai di pantai.
Btw, ni waktu di jam gw kok 2 jam 8 menit 47 detik kok di panpel malah 2 jam 9 menit sih???!!!!! Protes neh protes!!!
Capaian jarak minimal dan akulasi jarak utk ikut FM (dari mas Petrus)
https://www.facebook.com/groups/MariLari.IndoRunners/permalink/10154600431278482/
Untuk pemula di FM, yang paling penting adalah latihan. Latihan cukup itu kalau pernah minimal dua kali lari sejarak minimal 32K. Kalau latihannya minimal seperti ini, kemungkinan keram waktu lomba cukup besar. Kalau latihannya di bawah ini, lebih baik ikut lombanya lain kali, karena kalau dipaksakan penderitaan dan resikonya tidak sebanding dengan kesenangan yang didapat. Kalau latihan sudah cukup, maka masalah bagi kebanyakan orang waktu lomba adalah kecukupan energy dan hidrasi. Sejak dua hari sebelum lomba makanan pilih yang karbohidratnya tinggi, kurangi serat dan banyak minum. Pada saat lomba, antara K 10-21 perlu makan makanan karbohidrat tinggi dalam jumlah sedikit. Favorit para pelari antara lain gell, kurma, kismis, sale pisang, gula jawa, gula aren, coklat. Untuk daerah panas perlu masukan garam, bisa dari salt stick, tablet magnesium, garam dapur, dan minuman isotonic. Usahakan minum sedikit2 di setiap Water Station.