Thursday, September 25, 2008

Kalong Tanjung Duren


Yupiieee... kalo Batman bin kalong van kelelawar meluncur dari sarang begitu petang berganti pekat, kelelawar Tanjung Duren ini baru ninggalin markas selepas tengah malam pergantian tanggal.

Ketika lampu-lampu jalan hanya menerangi aspal basah, laju Espass kami pun sendirian menguasai lebar ruas jalan. Di tengah mata yang menyipit saking terlalu intim dengan MS word, Mozilla Firefox dan YM serta Message PopUp, kami melaju dari kantor di belakang Taman Anggrek mengarah ke Bekasi Barat. Sebenarnya, ini perjalanan biasa setiap hari Rabu dan Kamis, hari deadline tabloid Gaul. Kami berenam, penghuni ruang redaksi lantai 4, udah jadi prosedurnya diantar ampe rumah masing-masing. Tapi, malam itu kami punya rencana lain...Sahur di McD 24 jam di Pangkalan Jati, 01.33--02.37 wib. Yihaaa...

Wednesday, September 24, 2008

Xtravagansa!!!


Silaturahmi Mantan Aktivis Mahasiswa dan Aktivis Pers Mahasiswa se-UGM, di Rg. Granada -Univ. Paramadina, Jakarta, Senin 22 September 2008

Pantengin tampang-tampang sumringah lainnya yang sempat terekam Nikon-nya Mardian dan Canon PowerShot tercinta, di http://www.flickr.com/photos/inung_gunarba/ atau http://inungitong.multiply.com/photos/album/2/

Tuesday, September 23, 2008

Ketika 'Kort' Datang


Ketika tiap bulan kamu disodori majalah musik ini yang di halaman tengahnya terselip lirik lagu dengan kunci-kunci kort gitar bahkan kadang not balok.... Apa yang melintas di kepala?

Di sini bisa mantengin lirik dan kort Stairway to Heaven-nya Led Zeppelin, Smell like Teen Spirit kilikan Nirvana, hingga Betapa-nya SO7 dan koleksi Andra cs: Hitamku dan Musnah.

Edisi bulan puasa ini, kortnya Opick, Hadad Alwi, dan lagu-lagu religi Gigi bersanding dengan Green Day serta Foo Fighter. Juga ngikutin bincang-bincang sama Ian Antono, Donny Fatah atau Fedi 'Kotak' Nuril.

Hmm, seperti pagi tadi ketika jeng Titi sang sekretaris redaksi membagikan edisi terbaru majalah ini yang masih satu grup dengan media kami. Segera angan saya melambung, memelototi poster musisi yang menjadi bonus majalah dan kemudian membayangkan menyandang sebuah gitar bolong. Bukan untuk memainkannya, memang. Lebih tepat, belajar memetiknya. Jreeenggg....

Monday, September 22, 2008

Telepon dari Pasar Minggu



"Hallo Nung, aku Hendra," repet seseorang dengan dialek Batak di speaker Motorola-ku, pagi menjelang siang ini. "Masihkah di majalah sawit itu?" lanjutnya sebelum aku bertanya siapa 'Hendra'. Rupanya dia, tepatnya Pak Hendra, kenalanku di JCC pas liputan Sampoerna Agro Expo, April silam.

“Gini Nung, aku sekarang mengelola majalah bulanan perkebunan. Kita butuh teman-teman redaksi buat bikin ramai nih,” katanya sambil menyebut sebuah departemen di kawasan Pasar Minggu, pemangku majalah itu. Kujawab bahwa aku sudah tidak lagi nongkrong di Cibubur, kantorku dulu. Juga tak lagi bergelut dengan harga CPO yang membumbung pada angka $1300/ton dan lantas bummm… rubuh di kisaran $700/ton dalam selang 3-4 bulan.

“Saya sekarang di tabloid remaja,
Gaul, di Tanjung Duren. Arah Grogol, Jakarta Barat, Pak,” jawabku setelah dia bertanya kemana sekarang aku berlabuh. “Jauh banget kamu pindah,” lidah Bataknya makin nyaring dan disambung dengan tawa hahaha. Mungkin maksudnya ‘jauh’ adalah soal perbedaan ranah media, tapi juga bisa menyoal jarak antara Cibubur-Tanjung Duren yang dari ujung ke ujung. “Sering ketemu artis kau!” celotehnya dan kujawab, tiap hari lah Pak! Tak terasa lidahku mendadak Batak. Tapi gagal total, jangankan lidah, seumur-umur bibirku saja belum pernah menjangkau bibir bidadari Batak. Hmm… mendadak curhat nih!

“Ya itulah, kapan-kapan kalau Inung ada waktu mainlah ke kantor yang di Pasar Minggu ya! Lantai 3 gedung B,” undangnya yang aku iyakan. Kubilang juga, aku akan baca majalahnya dulu biar nanti ngobrolnya lebih cair. Di ujung sana, Pak Hendra menunjuk beberapa toko buku besar tempat majalah itu ikut menyesaki outlet majalah dan koran. “Nanti bisa lah kau bikin wawancara perkebunan sama artis-artis itu ya,” katanya sebelum menutup perbincangan ramai kami. Siap komandan!!!

Hmm, bulan puasa ini memang penuh berkah.

Semoga menjadi rejeki, haiyaaa....

Tuesday, September 16, 2008

I'm here now!!!

Di sini lah kini, di sisi barat Jakarta yang nihil langit biru, bahkan biru muda pun sekalipun. Terlapis oleh asap menggantung. Jangan tanya sunrise, kutunggu selepas sahur sabtu kemarin pun yang ada hanya semburat oranye. Jangan harap pula keelokan matahari tenggelam datang tiap petang. Tapi, kalau memang beruntung, kadang kala bulat-merah-merona-menjilat begitu cantik di tepi horizon.

Disini pula, kusapa dunia dari dinginnya lantai empat. Setelah naik tangga lapis tiga yang bikin lututmu gemeretak, selamat datang di dunia yang ramai, dunia yang tak benar-benar lelap.***

Sunday, September 7, 2008

Sabar-sabar!


Puasa hari ke-7, Minggu 7 September 2008

Semilir angin Ibukota dari jendela dan kipas angin tak mampu mengusir hawa gerah siang ini. Udara panas menerobos ke tiap kamar rumah kosku, Kalimalang, Halim. Tak ayal, tiap penghuninya tak tahan berdiam di kamarnya. Alih-alih mencoba mencari udara segar di luar kamar, yang ditemui tetap saja sergapan hawa panas yang menerpa wajah di koridor samping atau di teras yang penuh tanaman pot sekalipun. Toh, 1-2 penghuni kos tetap memilih meninggalkan kamar. Tak lagi berharap mendinginkan badan memang, tapi sekedar menengok dan singgah di kamar kawan yang lain, berharap ada suasana yang berbeda meski gerah dan lapar tak bisa ditepis.

Aku sendiri memilih mengetik. Brainstorming-lah sambil memilih Metro TV di layar Samsung. Tidak aku tonton karena mataku mengkuti irama jemari di keyboard. Tayangan TV kutangkap dengan indera telinga daripada mata, TV yang audio visual lebih sebagai media audio, nyaris radio. Metro lantas menanyangkan sesi workshop program Eagle Award, sebuah ajang tahunan kompetisi produksi film dokumenter. Aku sejenak melirik layar kaca. Aha, dari belasan orang yang tertangkap kamera, ada dua wajah yang kukenal: Andari dan Lutfi, keduanya perempuan. Yang pertama, pemenang pertama Eagle Award tahun 2006 dengan film Joki Kecil-nya. Wajah yang kedua adalah Lutfi, cewek berjilbab, sebagai finalis dan kini mengikuti workshop. Keduanya aku kenal di komunitas pers kampus Bulaksumur, B21, Gadjah Modo University.

Pintu kamar diketuk pelan, daunnya berderit lirih. Sepasang mata dibaliknya melongok ke dalam. Ya, masuk saja, kataku. Seorang teman kamar sebelah rupanya. Segera ia menggelosor di ranjang di belakangku, bosan terlihat di rona mukanya. Matanya berkedip-kedip malas, sejenak ke arah tv, mimiknya makin surut.

Perhatiannya lantas beralih ke monitor komputer. Sudut mataku menangkap ia membaca ketikanku, biarin aja. Lantas celetuknya Emangnya ngetak-ngetik kayak gini bisa ndatangin duit? tanyanya terdengar sinis di siang panas ini.Amieeennn, jawabku setelah sebelumnya menarik nafas dalam-dalam, mencoba mengulur urat yang tiba-tiba menegang. Sabar-sabar, cobaan puasa, batinku menghibur.*

Ilustrasi: Love Hate Love, Pameran Grafiti, LIP Jogja, 20/09/2007

Tiga Hari Bareng Aspire One, Kepincut deh...



Mumpung Eko, temanku, pulang kampung ke Jawa, dan meninggalkan Acer Aspire One-nya di kamar, aku menyempatkan menulis beberapa artikel dan postingan ke blog. Juga, mencoba mengetik 10 jari di keyboard yang mungil. Lumayanlah, tiga hari ini bisa ngrasain laptop berbodi putih bersih ini. Jumat kemarin Eko berangkat dari Gambir dan akan tiba di Ibukota pada Senin subuh.

Sepertinya asyik juga bekerja dan mengetik di laptop mungil ini. Aspire One sejajar dengna Asus Eee PC dan kemudian disusul laptop mini lansiran Dell. Kabarnya Acer memangkas harga dari US$ 420 menjadi US$ 360 alias Rp 3,24 jeti. Ehm, jadi pengen juga nih nenteng laptop ini. Apalagi diperutnya, kapasitas hardisk diupgrade hingga 120 gb, bandingan spek yang sebelumnya hanya 8 gb. Tentunya soal harga

dan spek perlu di konfirm lagi. Kapan nih Aspire One seri upgrade mejeng di etalase Ambasador atau Mangga Dua? Sabar... masih indent koq, hehehe. Lagian, jelang Lebaran, kantong makin kering sedangkan kebutuhan juga menggunung. First think first, moga segera sign kontrak di Tanjung Duren, kerjaan di Manggala beres dan cair sebelum lebaran (kemungkinannya sih fifty-fifty), terus pul-kamp ke Jogja bentar, balik lagi ke Jakarta. Laptop? Ntar dulu deh. Lha kalo nikah? Amien, wish we can make it!*