Sependek yang saya tahu, fungsi lubang ini ada beberapa. Nah dari yang beberapa manfaat itu, yang paling utama ada 2 yakni untuk menyuplai makanan bagi zat renik di dalam tanah dan bisa pula sebagai peresapan air hujan.
Sedangkan kawasan perumahan saya tergolong memiliki cadangan air tanah yang baik sehingga tidak ada masalah dengan persediaan air tanah. Semoga, ke depannya kondisi ini terus berlangsung, aamiin :)
Maka, lubang biopori lebih berfungsi sebagai lubang untuk menggemburkan tanah dan menyuburkan tanaman. Setiap harinya saya memasukkan sampah organik dari dapur seperti sisa makanan seperti nasi (yang sedikit sih), kulit buah, potongan sayur mentah, sampah daun dan kertas yang sekiranya mudah terurai alias kertas yang tidak mengandung plastik.
Kedalaman lubang yang dibuat pun hanya 80 cm. Sedangkan rekomendasi pembuatan lubang yang banyak ditemui di website dan youtube mencapai 100 cm. Saya cukupkan 80 cm agar tidak sampai menembus muka air tanah.
Dengan kedalaman 80 cm pun, ternyata butuh waktu lama untuk memasukkan ketinggian sampah dapur agar bisa sampai penuh. Pada dua minggu pertama misalnya, sampah dapur hanya mencapai 20an cm dari dasar lubang. Padahal, perasaan, saya sudah memasukkan 'banyak' sampah dapur.
Yo wislah, saya tetap yakin nanti juga bakal ketutup semua lubang bioporinya. Sambil tetap memasukkan sampah-sampah yang bakal menjadi santapan zat-zat renik dalam tanah seperti cacing dkk yang nantinya bikin subur tanah, saya tutup lubang dengan bekas tutup kaleng cat yang sudah dilubangi untuk menjadi jalan bagi air hujan masuk ke lubang.
Agar tidak berbau, pada bagian atas saya benamkan daun-daun kering. Kadang pula batang-batang lunak tanaman hasil pemangkasan dan penyiangan.
Oya jika ingin membeli alat bor lubang biopori, harga pasaran di Toped Tokopedia, Bukalapak BL dan toko online lainnya berkisar Rp100-150ribu. Harga yang tak jauh berbeda juga ditawarkan di toko fisik seperti toko alat pertanian dan pertamanan.*
|