Showing posts with label kamera. Show all posts
Showing posts with label kamera. Show all posts

Thursday, January 21, 2016

SD card + WiFi = EyeFi Mobi Pro :)





















BARU seminggu ini saya njepret-njepret dengan kamera DSLR bersama kartu memory ini. SD Card merek Eye-Fi Mobi Pro 32gb.

Kartu penyimpan ini memudahkan transfer foto dari DSLR. Tanpa perlu lagi nyambungin kamera pake kabel ke laptop atau PC, ndak butuh nyopot kartu dan diselipin ke card reader.

Beginian, cocok untuk kerjaan motret di lapangan, mobile dan butuh segera dikirim ke kantor atau ke rekan kerja.

Kartu ini bisa jadi alternatif jika memang belum pengen menenteng kamera DSLR yang sudah berWifi dari pabriknya. Harganya masih mahal pula, buat ane sih grin emotikon

HARGA
Oya, beruntung saya baru membeli si kartu sekarang-sekarang ini. Pakai duit boss tentu saja :)... Ketika sudah harganya menukik dari harga awal, Rp 824ribu dari Rp 1,5 juta di awal 2015.

Untuk kapasitas lain, ada 8-16 Gb. Harganya bervariasi, ada yang dari Rp 400an ribu. Cek link di bawah ntar ya.

Seri Mobi Pro ini juga berbeda dengan kakaknya, Mobi (aja) yang berteknologi lawas. Ada fitur mengupload foto yang kita pilih saja, ini berbeda dengan Mobi yang mentransfer semua foto. Bikin penuh memory smartphone.

Saya juga merasa beruntung karena lebih sering menahan diri ketika suatu produk dirilis dengan teknologi anyar. Ini juga berlaku untuk si Eye-Fi.

Begini. Seingat saya, kartu berWifi sudah ditawarkan ke pasaran 3-4 tahun lalu. CMIIW, mohon dikoreksi kali-kali keliru.

Harga? Buat saya bikin geleng-geleng kepala. Namanya aja nyiuw inopasi :)

WIFI MANDIRI
Apalagi, generasi pertama Wifi-nya masih butuh router. Pengguna harus mendapat sinyal wifi entah dari modem sendiri, pancaran wifi dari gadget atau tengah berada di area hotspot.

Nah, dengan Mobi Pro tidak perlu lagi nyari-nyari wifi karena si kartu memancarkan sinyal wifi sendiri, tentu tanpa pulsa, untuk 'ditangkap' smartphone android atau keluarga iPhone.

Lantas, jadilah foto ditransfer dari DSLR ke smartphone dan selanjutnya terserah Anda. Kirim ke WA, BBM, email dll. Juga ke FB, twitter, instagram dkk.

Soal jenis file, Mobi Pro bisa kirim foto RAW, beda dengan Mobi yang hanya melayani transferan JPEG.

DI MANA?
Saya beli di jakarta notebook, toko fisiknya di Central Park, Jakarta. Onlen shopnya di jakartanotebook.com

http://www.jakartanotebook.com/memory-card/eye-fi

Lho kok nggak di toko kamera? Monggo dibandingkan sendiri ke JP*, bursa k*mera pro, f*cus nus*ntara, tokocamz*ne.

MEREK LAIN
Di pasaran, Eye Fi tidak sendirian. Sudah ada SD card wifi lirisan Toshiba, Transcend dll.
Jika tergoda dengan merek-merek yang sudah akrab terdengar itu, perhatikan lekat-lekat fitur dan bandingkan serta simak review users.

Salam. Semoga review dan pengalaman memakai memory / sd card eyefi mobi pro wifi ini bermanfaat

Lebih kurangnya, mohon koreksi nggih, maklum bukan tukang jepret propesiyonal +_+

Review yang sama saya posting di FB: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10209033467342664&set=a.1293746992565.45382.1497007803&type=3&theater


Kemis, 20012016. Lobby PT Pindad, Bandung.
-- di pabrik senapan serbu & tank 20 ton kok nulis soal kartu memory seujung jempol --:)

Tuesday, December 17, 2013

Beli Kamera Ultra Zoom? Sekarang Saatnya!


Sumber foto: focus nusantara

HUKUM yang berlaku jamak saat membeli kamera adalah kualitas, fungsi, dana dan paduan ketiganya.

Setiap orang pun memiliki pilihan masing-masing. Untuk orang seperti saya, tentu spesifikasi kamera yang dibutuhkan disesuaikan beberapa faktor.

Kalau boleh memilah, saya menggunakan kamera 80% untuk kerja jurnalistik dan 30% untuk dokumentasi keluarga.

Untuk urusan kerja, sehari-hari tugas inti saya adalah meliput dan menulis dan bukan fotografer murni. So, sebuah foto lebih banyak berperan untuk mendukung artikel saya.

Dipadukan dengan dana yang bisa saya alokasikan untuk membeli kamera, sepertinya sebuah Digital SLR yang harganya mulai Rp 4,5an juta ke atas, masih belum terjangkau. Si artikel ini, patokannya ialah kisaran harga Rp 3 juta ke bawah, sesuai dengan kantong saya hihihi.

Sumber foto: samsung.com

WiFi is a must!
Komprominya adalah sebuah kamera prosumer. Mobilitas yang lumayan kesana-sini termasuk tugas luar kota juga membuat fitur WiFi saya masukkan dalam list spesifikasi kamera.

Jenis kamera ini dikenal dengan beberapa ciri:
1) Fiturnya lebih lengkap dari pocket. Umumnya ada settingan Program, Shutter Priority, Aperture Priority dan Manual (PSAM).
2) Zoom lensa panjang. Dengan hitungan kali, rentangnya dimulai 12X hingga 30X, bahkan 50X.
3) Bodinya mirip SLR, makanya disebut SLR-Like, meski dimensinya lebih kecil.

Jika kebutuhan dan jenis kerjaan sampeyan seperti saya, barangkali kamera prosumer sama-sama menjadi incaran.

Apalagi, geliat dunia perkameraan saat ini mendukung opsi memiliki kamera jenis ini. Kenapa?

Saturday, August 18, 2012

Jepret! Maksimalkan kamera kita



Kamera. Yang saya maksud sebagai kamera bukan hanya untuk sebuah SLR nan canggih, juga bukan pocket camera yang funky, pun bukan pula merujuk pada kamera lomo yang ngetren.

Maksudnya ya semua jenis kamera, pokok'e yang bisa motret dan njepret. SLR, kamera saku, lomo, juga kamera handphone dari kelas VGA jaman 2000an sampai kamera yang ditanam di BB dan iPhone. Juga kamera yang pake gulungan film negatif.

Dengan artian kamera yang seluas itu, sekarang ini alat fotografi itu sudah melekat pada diri kita. Kedekatannya, paling terasa, karena diantar oleh produsen handphone (HP). Kamera sudah menjadi bagian standar telepon seluler itu. Kita ndak perlu lagi membeli membeli kamera secara terpisah, kecuali jika memang berniat dari awal untuk memiliki kamera sekalian.

Nah, saya lihat, termasuk ke diri sendiri, penggunaan kamera masih kurang maksimal. Untuk HP misalnya, kamera hanya digunakan untuk memotret diri sendiri atau paling jauh teman dan keluarga. Itupun ketika lagi ngumpul-ngumpul.

Lantas diupload ke FB atau media sosial lainnya. Duduk merapat, memoncongkan bibir, mengacungkan jari, menutup muka sendiri, juga iseng menangkupkan telapak tangan ke wajah orang lain. Atau mengangkat gelas minuman, bisa juga mengangkat potongan pizza ke arah kamera. Jepret lalu share.

Ketika masih menggunakan kamera sebatas itu, tak jarang saya teringat bahwa kamera memiliki fungsi dokumentasi. Perekam peristiwa. Penghenti waktu.

Saya sendiri, berusaha menyempatkan sekian detik hingga menit untuk men-jepret sekeliling. Benar-benar sekeliling, misalnya ketika sudah menikah dan lahir si kecil, saya suka memotret bundanya dan Kaka. Plus saya sendiri dong hehehe.

"Idihh, ayah motret terus sih," kata bundanya ketika kami makan bersama. Atau juga ketika saya berjalan mendahului mereka di pagi hari, lantas setelah 3-4 meter berbalik untuk memotret mereka dengan sudut rendah atau low angle. Juga high angle atau pula jarak dekat.