Sejak jalan-jalan ke (sebagian kecil) sudut-sudut negeri, saya semakin merasa beruntung lahir dan memiliki Tanah Air ini. Beberapa cerita sudah saya tuturkan di postingan sebelumnya.
Kini, menyesap obrolan dengan kawan-kawan sesama pelari, saya kembali mensyukuri tinggal di tanah kelahiran.
Sebagai penghobi lari untuk hepi-hepi, asupan energi menjadi hal penting. Jenis makanan dan asupan pun sudah ada disekitar kita, bahkan ditanam disini dan ada di pasar-pasar serta penjual sayur keliling, yaitu pisang, madu dan kolang-kaling.
Jadi, tidak perlu membeli ekstrak makanan atau nutritition gel yang diimpor dari luar negeri. Sudah mahal, juga diolah dari makanan-makanan yang sejatinya mudah kita dapatkan sehari-hari.
Pisang:
Ini buah favorit sumber energi saya saat lari pagi dan sore. Memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk tenaga, gampang dicerna dan tidak bikin begah.
Jika lari pagi, saya makan 1 jam sebelumnya. Jadi bangun jam 04.30, minum air putih, lanjut makan pisang. Lalu sholat subuh dan mulai pemanasan jam 05.15 lantas mulai lari 05.30. Pas satu jam
Madu:
Sudah jadi pengetahuan umum, madu merupakan gudang nutrisi dan protein. Bisa dikonsumsi langsung atau menjadi tambahan pada minuman teh hangat, pas untuk sehabis lari.
Kolang-kaling:
Lha ini, soal kolang-kaling merupakan pengetahuan terbaru yang saya dapatkan dari teman-teman komunitas lari.
Mengkonsumsi kolang-kaling ternyata mampu membantu pelumasan sendi, termasuk sendi-sendi di bagian kaki.
Saat kita berlari, sendi-sendi kaki paling banyak bergerak dan, seperti halnya kendaraan bermotor, bagian-bagian yang bergerak memerlukan pelumas.
Jika sedang berlari jarak jauh, kolang-kaling perlu menjadi bekal. Taruh saja di kantong atau tas pinggang kecil. Makanlah, misalnya saat memasuki kilometer 15, berlari lebih pelan dan disusul minum air.
Dua lagi asupan sumber tenaga yaitu coklat dan korma. Bahan baku coklat berasal dari tanaman kakao yang banyak ditanam di Indonesia. Berbeda dengan tiga asupan sebelumnya, coklat perlu melewati proses rumit sebelum kita konsumsi, entah berupa coklat batangan atau minuman.
Sedangkan korma, berasal dari Timur Tengah meski ada juga yang mencoba menanamnya di sini. Meski makanan impor, harganya masih terjangkau. Kemarin saya membeli korma setengah kg seharga hanya Rp 9000,-
Saya biasa makan korma sebelum lari. Jadi sekaligus untuk selingan pisang, supaya enggak bosen.
Korma juga baik untuk bekal saat lari jarak jauh. Agar praktis, saya membuang biji kurma dan menyimpannya di plastik dan taruh di kantong atau tas pinggang.
Kandungan nutrisinya yang kaya membuat korma bisa menjadi alternatif bagi coklat batangan atau nutrition-gel yang harganya lebih mahal.
Salam dari Palmerah, salah satu sudut ibukota Indonesia :)
@inung_gnb
Powered by Telkomsel BlackBerry®