Itulah konsumsi BBM kendaraan kami saat mudik Lebaran 2019 ini. Menggendong mesin berkapasitas 1500cc, Avanza seri S tahun 2011 bertransmisi matic mengantar kami dari Bogor menyeberang ke Tanjung Enim, Sumsel sejauh 493 km.
Sengaja berencana menghitumg konsumsi BBM, sedari berangkat kami menerapkan pola hitungan yang paling realistis yakni full to full. Oya sebelumnya, tak lupa kita menyarankan rutin melakukan perawatan dan pengecekan mobil seperti ganti oli mesin teratur, periksa rem dan lain-lain di bengkel rekomended.
Balik ke soal perjalanan mudik, dari Bogor tangki diisi full. Bahkan sampai permukaan BBM Pertamax terlihat di bibir tangki. Lalu si mobil item semok dikendarai hingga tiba waktunya diisi ulang di Martapura, Ogan Komering Ulu Sumsel. Saat itu odometer menunjuk 493 km.
Kami isi hingga bener-bener penuh, lagi-lagi sampai Pertamax terlihat di ujung lubang pengisian. Volume isian 33,9 liter.
Maka, jarak tempuh dibagi volume BBM. 493 km : 33,9 liter = 14,5 liter per kilometer.
Apakah ini terbilang boros, rata-rata atau hemat?
Menurut saya, ini termasuk hemat. Mengapa? Saya berani menyimpulkan begini karena punya pengalaman empiris dengan perbandingan apple to apple.
Mudik lebaran tahun sebelumnya, konsumsi Pertamax saya hanya 9 liter/km. Dengan catatan, mobil yang dipakai ya sama persis dan jarak tempuh pun sama. Apple to apple.
Apa saja faktornya? Saya coba merinci estimasi faktor-faktor yang berperan. Sekaligus saya coba seobyektif mungkin dengan tidak menempatkan 1-2 faktor sebagai faktor penentu. Jadi, kesemua faktor di bawah ini sama-sama berkontribusi.
1. Driving style yang lebih kalem
Rekan-rekan di komunitas otomotif menyebutnya 'kaki kanan sudah disekolahin'. Artinya, saya nggak lagi mbejek gas terus menerus atau konkretnya kaki kanan tidak nempel di pedal gas terus-terusan.
Jika dirasa kecepatan mobil langsam, seperti di jalan tol atau jalan arteri yang lurus, datar atau cenderung menurun, saya mengangkat kaki dari pedal gas dan membiarkan laju mobil bergulir memanfaatkan daya yang sudah didapatnya.
2. Tipe ban dan tekanan angin
Saya memang aliran standar pabrikan termasuk pemilihan ban yakni ring 15, lebar tapak 195 dan sidewall 65. Jika tapak lebih lebar seperti pakai ukuran 205 lebih, tentu kerja mesin terpengaruh karena kudu bekerja lebih keras lagi.
Adapun tekanan angin cenderung keras yakni depan 33 psi dan belakang 37 psi. Sejatinya ini tidak keras-keras amat. Karena hanya lebih 1-2 psi dari standar pabrik. Dan untuk perjalan luar kota, tekanan sedikit keras lebih enak daripada kurang angin. Toh lebihnya masih batas toleransi yang maksimalnya sekira 44 psi (merujuk keterangan batasan tekanan di dinding ban).
3. Volt Stabilizer
Selain setelan standar, perangkat tambahan di boil pada mudik tahun ini termasuk minimalis dan anti neko-neko. Saya hanya memakai 1 jenis perangkat yakni Volt Stabilizer bikinan rekan-rekan Duta Kemiskinan seharga Rp 150ribu.
VS ini menstabilkan arus, mengoptimalkan kinerja kelistrikan dan performa mesin. Yang saya rasakan pertama adalah stater lebih cepat, langsung jreng he-he-he
Kemudian, AC lebih dingin dan terutama laju mobil lebih responsif. Kaki hanya nempel tipis-tipis di pedal gas saja, boil sudah jalan. Bahkan kalau lagi nyantai di kompleks, saya tidak injak gas dan posisi transmisi pada D, mobil sudah merayap woles.
Alhasil, di perjalanan, mobil Avanza bertransmisi automatic tahun 2011 ini pun mengkonsumsi BBM lebih hemat, tetap bertenaga dan nyaman alias anti pegal jika kondisi lalu lintas padat atau macet. Tahun-tahun sebelumnya, saya belum memasang Volt Stabilizer.
Di beberapa titik tanjakan di lintas tengah Sumatera seperti di Kota Bumi, Way Kanan Lampung, Martapura, Baturaja, Simpang Meo, Tanjung Enim, Sumsel, laju mobil masih enteng. Pun begitu ketika perlu menyalip kendaraan besar.
Oya, saya sendiri berusaya istiqomah menerapkan safety driving seperti lebih cenderung defensif, tidak nyalip di tanjakan dan belokan serta jika capek mending ngaso dan istirahat.
4. Kurangi ngantuk dengan memilih makanan dan pakaian.
Konsumsi makanan minuman serta berpakaian pun juga saya perhatikan demi mengurangi efek mengantuk. Saya kurangi karbohidrat berupa makam nasi hanya 1/2 porsi, perbanyak sayur dan lauk berprotein seperti telur.
Dan tentu saja perbanyak minum air putih. Saya hindari minuman kemasan yang biasanya tinggi gula. Kopi tetap saya minum tapi sengaja kopi pahit nol gula.
Soal berpakaian, saya ikuti rekan-rekan yang demen touring dan kawan sopir truk: jangan pakai celana dalam ketat hehehe.
Maksudnya ketat adalah CD yang model V atau boxer ketat. Begitu juga, hindari memakai celana luaran yang ketat seperti jeans maupun celana bahan yang berikat pinggang.
Konkretnya saya pakai celana training yang longgar dan pinggangnya pakai karet elastis tanpa ikat pinggang. Bisa pula pakai celana kolor sedengkul. Atau baik juga pakai sirwal karena longgar dan nyaman sekaligus praktis jika mau salat.
Bagaimana dengan pakaian dalam? Jika disarankan nggak pakai daleman, kita yang belum terbiasa bakal ntar berasa risih lah. Komprominya bisa pakai boxer tapi yang tidak ketat dan berbahan katun. Kalau di Indomaret atau Carefour, bisa pilih merek Scorline, Rider dll. Pokoknya, pastikan tidak ketat.
Celana yang longgar berguna melancarkan peredaran darah terutama di daerah pinggul dan pinggang apalagi kita berjam-jam duduk di kendaraan roda empat maupun roda dua.
Nah itulah catatan dari perjalanan mudik lebaran memakai mobil matic. Ini sekaligus menggugurkan asumsi bahwa mobil bertransmisi matic cenderung boros. Dengan beberapa upaya, konsumsi BBM tetap bisa hemat, bertenaga dan perjalanan nyaman. Pastikan tentunya prinsip safety first ya, enjoy the trip dan fisik mental prima :)
Salam satu aspal :)
Soal berpakaian, saya ikuti rekan-rekan yang demen touring dan kawan sopir truk: jangan pakai celana dalam ketat hehehe.
Maksudnya ketat adalah CD yang model V atau boxer ketat. Begitu juga, hindari memakai celana luaran yang ketat seperti jeans maupun celana bahan yang berikat pinggang.
Konkretnya saya pakai celana training yang longgar dan pinggangnya pakai karet elastis tanpa ikat pinggang. Bisa pula pakai celana kolor sedengkul. Atau baik juga pakai sirwal karena longgar dan nyaman sekaligus praktis jika mau salat.
Bagaimana dengan pakaian dalam? Jika disarankan nggak pakai daleman, kita yang belum terbiasa bakal ntar berasa risih lah. Komprominya bisa pakai boxer tapi yang tidak ketat dan berbahan katun. Kalau di Indomaret atau Carefour, bisa pilih merek Scorline, Rider dll. Pokoknya, pastikan tidak ketat.
Celana yang longgar berguna melancarkan peredaran darah terutama di daerah pinggul dan pinggang apalagi kita berjam-jam duduk di kendaraan roda empat maupun roda dua.
Kenyamanan menyetir jauh juga didukung persiapan fisik seperti yang pernah saya tulis pada artikel tips latihan sederhana untuk para sopir yang bisa dilakukan di rumah dan tanpa alat.
Nah itulah catatan dari perjalanan mudik lebaran memakai mobil matic. Ini sekaligus menggugurkan asumsi bahwa mobil bertransmisi matic cenderung boros. Dengan beberapa upaya, konsumsi BBM tetap bisa hemat, bertenaga dan perjalanan nyaman. Pastikan tentunya prinsip safety first ya, enjoy the trip dan fisik mental prima :)
Salam satu aspal :)
hmm,, ga mampir ke palembang, tak seru aah... :D
ReplyDeleteMohon maaf lahir bathin bapake kaka dan keluarga....
Terimakasih infonya,.
ReplyDelete