Kamera. Yang saya maksud sebagai kamera bukan hanya untuk sebuah SLR nan canggih, juga bukan pocket camera yang funky, pun bukan pula merujuk pada kamera lomo yang ngetren.
Maksudnya ya semua jenis kamera, pokok'e yang bisa motret dan njepret. SLR, kamera saku, lomo, juga kamera handphone dari kelas VGA jaman 2000an sampai kamera yang ditanam di BB dan iPhone. Juga kamera yang pake gulungan film negatif.
Dengan artian kamera yang seluas itu, sekarang ini alat fotografi itu sudah melekat pada diri kita. Kedekatannya, paling terasa, karena diantar oleh produsen handphone (HP). Kamera sudah menjadi bagian standar telepon seluler itu. Kita ndak perlu lagi membeli membeli kamera secara terpisah, kecuali jika memang berniat dari awal untuk memiliki kamera sekalian.
Nah, saya lihat, termasuk ke diri sendiri, penggunaan kamera masih kurang maksimal. Untuk HP misalnya, kamera hanya digunakan untuk memotret diri sendiri atau paling jauh teman dan keluarga. Itupun ketika lagi ngumpul-ngumpul.
Lantas diupload ke FB atau media sosial lainnya. Duduk merapat, memoncongkan bibir, mengacungkan jari, menutup muka sendiri, juga iseng menangkupkan telapak tangan ke wajah orang lain. Atau mengangkat gelas minuman, bisa juga mengangkat potongan pizza ke arah kamera. Jepret lalu share.
Ketika masih menggunakan kamera sebatas itu, tak jarang saya teringat bahwa kamera memiliki fungsi dokumentasi. Perekam peristiwa. Penghenti waktu.
Saya sendiri, berusaha menyempatkan sekian detik hingga menit untuk men-jepret sekeliling. Benar-benar sekeliling, misalnya ketika sudah menikah dan lahir si kecil, saya suka memotret bundanya dan Kaka. Plus saya sendiri dong hehehe.
"Idihh, ayah motret terus sih," kata bundanya ketika kami makan bersama. Atau juga ketika saya berjalan mendahului mereka di pagi hari, lantas setelah 3-4 meter berbalik untuk memotret mereka dengan sudut rendah atau low angle. Juga high angle atau pula jarak dekat.