Ini pertanyaan untuk saya sendiri. Meskipun beberapa kawan juga menanyakan hal serupa.
Hemat saya, untuk novel atau karya sastra serupa, tentu lebih asyik kalau membaca dari awal sampai tuntas. Kecuali kumpulan cerpen dan puisi, bisa loncat-loncat.
Sedangkan untuk buku nonfiksi, selain dari bener-bener sejak halaman pertama, terkadang saya membacanya, ambil contoh "Jurnalistik Indonesia" karya AS Haris Sumadiria, dari pengantar, lalu bab pertama dan kemudian langsung beralih ke bab 5, 7, atau 8 sesuai materi yang saya butuhkan.
Catatannya, untuk membaca yang meloncat seperti ini, saya tetap membaca bagian pengantarnya. Ini berguna agar saya mengenal lebih dulu pembahasan yang disajikan buku terkait. Termasuk pula batasan pembahasan dan latar belakang penulisan buku.
Oya, saya jadi ingat dengan rencana membuat rak buku di ruang kerja di rumah. Koleksi buku sudah saatnya dirapikan dan dikeluarkan dari boks.
Maunya, saya ingin memakai rak kayu. Namun berhubung perlu menyiapkan dana lagi, rencana itu masih perlu menunggu lagi. Kepikiran juga untuk menyegerakan menaruh buku-buku berjajar di dinding.
Opsi lain dari membuat dan memesan rak kayu dari tukang kayu adalah membuat sendiri dengan menggunakan siku besi dan menaruh beberapa lembar papan kayu. Tetapi soal kerapiannya bakal kalah dibanding memakai rak kayu.
Ya, tunggu lagi nantilah. Sembari bersabar hehehe :)
No comments:
Post a Comment