Showing posts with label traveling. Show all posts
Showing posts with label traveling. Show all posts
Tuesday, May 21, 2019
Bogor Jalan-jalan (5), Jajal KA Pangrango ke Sukabumi
Setelah kemarin-kemarin kluyuran ke Bogor, kini sudah waktunya buat bikin planning main rada jauh ke kota tetangga, Sukabumi. Ide ini muncul ketika melihat spanduk informasi jadwal KA Pangango tambahan.
Kereta ini punya trayek Bogor (stasiun Paledang) -Sukabumi pergi pulang. Dan, dalam satu hari ada 3 kali bolak-balik. Harga tiket KA Pangrango kelas eksekutif Rp 80.000 dan ekonomi AC Rp 35.000 per akhir 2018 kemarin.
Spanduk bikinan KAI itu juga informatif banget buat pejalan kayak kita-kita. Dibikinlah tuh tabel jadwal jam berangkat dan jam datang.
Tabel itu sekaligus mempermudah buat bikin rencana jalan-jalan dan memperhitungkan waktu tempuh dan juga berapa jam kita bisa menikmati Kota Sukabumi sebelum tiba saatnya kembali ke stasiun.
Merujuk tabel itu, saya melihat waktu ideal untuk berangkat dari Bogor adalah ambil kereta jam 09.30 dan tiba di stasiun Sukabumi jam 11.42 alias 12 kurang dikit. Lalu pulangnya naik kereta jam 17.30 dan tiba di stasiun Bogor 19.36 atau setengah delapan malam. Jam segini terbilang tidak kemalaman.
Nah dengan demikian, ada jatah waktu sekira 5 jam buat pelesiran. Perhitungannya dari tiba di Sukabumi jam 12an dan kudu naik kereta pulang jam 17.30. Kalau mau aman, ya sudah tiba di stasiun Sukabumi jam 5 sore.
Lantas, ke mana saja jelajah di kota sesejuk Sukabumi? Opsinya ialah:
1. kulineran dekat stasiun.
2. Salat dhuhur dan ashar di masjid agung atau masjid ikonik lainnya, ini sekalian wisata religi :)
3. Maen ke obyek wisata yang gak jauh dari kota dan kalau bisa ada transport yang mudah dari stasiun. Untuk yang ini, keknya sudah dimudahkan ama ojek online Gojel dan Grab.
Dengan estimasi tiba di stasiun tujuan jam 12an, pas banget buat salat dhuhur di Masjid Agung Kota Sukabumi yang jaraknya hanya 10 menit jalan kaki dari stasiun. Dari situ bisa mampir sebentar ke Alun-alun lapangan Merdeka lanjut makan.
Rekomendasi kuliner dekat Stasiun Sukabumi
1. Rumah makan Cikole
2. Mang Kabayan
3. Butler bar n bistro
4. Mochi kaswari lampion
5. Bunut Siliwangi
6. Wisata kuliner Toserba Selamat
7. Bubur ayam Odeon
8. Mamih Ungu
Dll dsb
Kota Sukabumi sendiri merupakan daerah dataran tinggi yang hawanya adem. Kotanya lumayan ramai dan masyarakatnya ramah dan hangat. Hawa sejuk sepertinya berasal dari dua gunung yakni Pangrango dan Salak.
Dua gunung inilah yang memanjakan mata sepanjang perjalanan kereta. Hamparan persawahan, aliran sungai, lembah dan kebun sangat asri khas Tanah Pasundan Jawa Barat.
Selamat jalan-jalan, selamat menikmati perjalanan diapit dua gunung dengan KA Pangrango Bogor - Sukabumi :)
Labels:
bebogoran,
bogor,
jawa barat,
kereta,
kuliner,
pangrango,
pariwisata,
pejalan,
salak,
sukabumi,
traveling,
wisata
Saturday, February 16, 2019
Bogor Jalan-jalan (3), Penasaran ke Hulu Ciliwung: Katulampa
Katulampa sendiri selalu disebut sebagai barometer aman tidaknya Ibukota dari banjir. Bagaimana ketinggian air di pintu air Katulampa, bagaimana debit air, bagaimana status siaga atau waspada, atau sudah level berapa di Katulampa. Begitu berita di media massa.
Akhirnya, pas mancing ikan di Sekolah Alam Katulampa, saya melipir ke Bendungan Katulampa.
Sampai di sana, kebetulan sedang hujan deras. Hawanya juga dingin. Debit airnya lumayan tinggi.
Berbekal payung, saya berteduh di jembatan. Begitu rada reda, segera njepret-njepret dengan kamera henpon plus bikin video pendek 30 detik.
Mau dengar suara derasnya air? Kencengin tuh volume :)
Mayan, terbayar lunas penasaran saya pada hulu Ciliwung ini. 'Ini to si Katulampa!' hehehe
Labels:
bebogoran,
bendungan,
bogor,
ciawi,
ciliwung,
jabar,
jakarta,
jalan,
katulampa,
pariwisata,
piknik,
sungai,
traveling,
wisata
Tuesday, February 12, 2019
Bogor Jalan-jalan (2), Ngopi di Kaki Gunung Salak
Lanjut piknik euy... Hari minggu kemarin, sesorean jalan-jalan lagi di seputaran Bogor.
Tepatnya di kawasan Cijeruk, masih Kabupaten Bogor. Kalau ditarik dari Kebun Raya atau Botani, sebagai gambaran nih, ya waktu tempuhnya hanya 40an menit. Itu sudah termasuk rada macet - padat merayap khas weekend di sentra kuliner Surya Kencana. Setelah itu lancar jaya.
Nama tempatnya yang sesuai di papan nama ya Puyuh Goreng, tapi yang paling mencolok adalah tulisan "KOPI GRATIS"nya hehehe. Link di GPS Google Map seperti titik lokasi ini, sedangkan alamatnya di Jalan Raya Cihideung Kongsi no 151 Cijeruk, Kab Bogor HP/WA 0818108151.
Nyari tempatnya relatif mudah. Kalau dari arah Bogor, berada di kanan jalan. Pas di jalan yang rada menanjak. Tenang aja, tanjakannya alus kok, bukan tanjakan galak :)
Parkiran mobil dan motor ada di depan kedainya. Dapurnya juga ada di depan.
Terdapat 3 pilihan tempat duduk. Bisa di depan tempat masaknya atau kalau boleh dibilang keknya pakai konsep mini bar gitu ya. Pilihan kedua di kursi meja yang ada atapnya dan bisa pula duduk di area terbuka tanpa atap.
Favorit saya adalah yang terbuka karena bonusnya pemandangan lepas ke puncak Gunung Salak yang kekar di atas sana. Dari sini, jika cuaca bagus, detil punggung gunung ikonik ini terlihat jelas. Area kebun palawija, kawasan hutan hingga puncaknya.
Pas saya nongkrong bersama kawan-kawan, cuaca tengah beralih dari hujan menuju cerah. Alhamdulillah, rejeki anak sholeh :)
Hawanya gimana? tiis euy. Tepat banget buat kami yang memang jalan-jalan di hari itu buat nyari yang dingin-dingin. Masih dikasih gerimis lembut ketika kami masuk ke parkiran.
Pengunjung yang bareng datang bersama kami rata-rata adalah keluarga - bapak ibu dan anak-anak. Juga satu dua meja reriungan bersama teman seperjalanan kek kami.
Sepintas, warung ini sesuai banget buat ampiran atau orang yang di perjalanan butuh mampir buat ngelemesin otot setelah berkendara. 15 menitan setelah kami duduk, datang pula rombongan komunitas pemotor. Pelanggannya sudah banyak rupanya.
Apalagi, jalur Jalan Raya Cihideung ini merupakan jalur wisata kalau mau ke Cijeruk, Warso Farm, Bukit Alesano / Alisano, Cibalung Happy Land dan lain-lain. Juga jalur ke Telaga Malimping, Cigombong, MNC Lido, dan tol Bocimi.
Menu Kuliner
Untuk makanan minuman, pilihannya beragam lah. Dari varian minuman hangat kopi dan teh, bandrek, cokelat sampai kelapa jelly.
Makanannya dari menu berat sampai camilan. Kita bisa pesan nasi dengan puyuh goreng, ayam bakar, dan bebek maranggi.
Konon, menu ringan yang disukai adalah roti cane atau maryam dengan aneka pilihan toping. Juga menu se-Indonesia Raya, mi dadak alias mi instan yang bisa pakai cabe rawit atau sambal matah. Pas banget di spot yang hawanya adem eh tiis kek gini :)
Lengkapnya, bisa dilihat di foto menu. Meski begitu, kadang ada saja menu yang lagi kosong. Mungkin akang-akangnya belum sempat belanja bahan ke pasar Cijeruk :)
Nah buat yang memang lagi traveling tipis-tipis, Puyuh Goreng ini bisa masuk wishlist. Bisa buat target buat didatengin atau dijadikan semacam titik rest-area kalau lagi muter-muter. Tempat ini juga sekalian buat nambah perbendaharaan lokasi piknik santai seperti Cafe Tepi Danau belakang IPB Dramaga kemarin.
Oya, jalur pulang kami dari ngopi di sini adalah meneruskan perjalanan sekalian ke arah Cigombong hingga masuk tol di Pintu Tol Bocimi, Bogor Ciawi Sukabumi di kawasan Lido.
Salam jalan-jalan di Bogor :)
Thursday, February 7, 2019
Bogor Jalan-jalan (1), Cafe Tepi Danau di Belakang IPB Dramaga
Hari sabtu kemarin, omm-omm dan bapak-bapak kompleks rumah piknik ke seputaran Bogor lagi. Tidak banyak, hanya berlima di kabin si Item Semok, kami melipir ke Cafe Tepi Danau, yes namanya memang begitu dan beneran persis di tepi danau yang bernama danau Situ Burung, arahnya di belakang kampus IPB Dramaga, Bogor.
Tempatnya memang benar-benar di tepi danau atau tepatnya bernama Situ Burung. Pohonnya banyak, dari ketapang, pucuk merah, sengon, jati, dan aneka penghijauan lainnya.
Tempat asik ini cocok buat semua segmen pengunjung. Dari anak-anak, keluarga, kawan setongkrongan, ibu-ibu arisan, bapak-bapak kek kami hehehe dan juga pas buat yang ngedate :)
Daftar kuliner kaki lima Bogor legendaris dan rekomended mantulDari pintu masuk, setelah parkir kendaraan roda empat di depan, kita langsung disambut suasana nyaman. Pertama adalah hamparan area lesehan yang tikarnya gratis dan bersih hehehe. Kalau bayar mah di Ancol :)
Lanjut naik ke bangunan utama berupa kayu-kayu dengan atap genteng yang homy. Kita pesan makanan di bangunan utama ini.
Sedangkan musala ada di samping, begitu juga toilet. Parkir motor disediakan pula di samping-belakang.
Pilihan tempat duduk bagi pengunjung beragam, kita bisa pilih di atas yakni di bangunan utama berupa meja kursi kayu yang nyaman. Bisa juga di kursi panjang dari potongan batang pohon besar.
Dari bangunan utama ini, view-nya langsung menghadap ke area lesehan yang menyediakan tikar dan bantal gede buat nyantai. Di lesehan ini, tiap-tiap tikar dinaungi payung lucu. Ada motif semangka, jeruk, dan buah-buahan lainnya. Nyegerin deh.
Pemandangan lainnya ialah menghampar ke arah danau. Di tepiannya juga disediakan tempat duduk dan meja kayu. Boleh lah kita buat nyantai dan mancing.
Fasilitas yang perlu ditambahkan oleh pengelola cafe ini adalah pagar pengaman yang ketika kita datang ke sana kemarin (sabtu, 2/2/2019), belum ada pagarnya. Ini rada gimana gitu buat pengunjung yang mengajak anak-anak.
Lalu bagaimana menu makanan minuman? Cem-macem juga, dari menu ringan, berat, cemilan, gorengan, bakso sampai yang perlu karbo seperti nasi goreng karena lapar :)
Harganya terjangkau dan sepadan. Buat gambaran, segelas kopi susu masih Rp 8000an, bakso Rp 12-13ribu, nasgor Rp 16-18ribuan.
Banderol makmin segini relatif murah karena kalau cafe ini menawarkan suasana dan view yang nyegerin buat rehat dan me-refresh kita. Apalagi tikar dan bantal digratisin, ga semua tempat piknik ngasih free fasilitas seperti ini, ye kan ;)
Jam bukanya dari pagi jam 09 sampai malam jam 20an. Kalau sabtu malem minggu dan hari libur, sampai jam 23 alias 11 malem. Yang ngedate bisa lah mojok di mari... Yang sopan lho ya.
Jalur Jalan
Akses ke sana mudah juga, dari arah Kota Bogor atau kalau dari Yasmin, ke arah simpang Cifor lalu ikutin jalan ke arah Situ Gede. Nah pas di pertigaan dekat Cifor Situ Gede, dekat Kantor Kepala Desa Situ Gede dan yang ada penunjuk jalan Alternatif IPB, kita belok kiri. 10 menit kemudian berbelok sekali lagi ke kanan, ikuti jalan 5 menit sampai deh.
Oiya, khusus titik persimpangan Jalan "Alternatif IPB" ini sedikit koreksi penunjuk arah untuk GPS Google Map. Jadi kalau kita pakai navigasi via aplikasi tersebut, sesampai di simpang tersebut maka kita diarahkan untuk lurus yang nantinya akan melewati kawasan perkampungan yang kualitas jalannya kurang bagus plus polisi-tidur. Apalagi, itu malah memutar dan lebih jauh.
Maka, begitu sampai di simpang tiga Jalan Alternatif IPB (ada papan penunjuk jalan), jangan ikuti GPS atau Google Map yang menyuruh kita lurus. Tapi sebaiknya langsung belok ke kiri. Begitu ye.
Saya sertakan cuplikan layar Google Map dengan fokus titik simpang Jalan Alternatif IPB, perhatikan tanda lingkaran hijau dan jalur jalan yang saya rekomendasikan adalah garis hijau. Jalannya lebih halus dan lebih singkat.
Link penunjuk navigasi berikut ini ya, dengan tag lokasi Tepi Danau Cafe Resto, 6°32'44.0"S 106°43'54.7"E
https://goo.gl/maps/oTfJJAK5sVw
Selamat piknik di Bogor :)
- Dua minggu setelah dari Dramaga, lanjut ngopi di kaki Gunung Salak.
Friday, November 16, 2018
Sunset di Gorontalo
![]() |
Matahari terbenam di Pantai Gorontalo - Inung Gunarba1113 |
Bertahun lalu saya jalan-jalan ke Gorontalo. Agendanya kerja tapi saya anggap rekreasi :D supaya dibawanya enak dan enteng.
Kata kawan yang menjemput di bandara Jalaluddin, "Jangan kaget dengan panas teriknya Gorontalo karena di sini hanya ada dua musim: panas dan panas banget!" hehehe
Begitulah, terletak tak seberapa di utara garis khatulistiwa dan di tepi laut, tepatnya Teluk Tomini, ga heran kota ini memang begitu gerah. Padahal saya berkunjung ke sana di bulan November yang sejatinya sudah masuk musim hujan.
Ah, abaikan soal terik matahari. Pokoknya saya ke sana tetap bersenang-senang menjelajah (baru sedikit) sudut Gorontalo.
Selain ke pusat kota, saya diajak pak bos makan-makan. Makan-makan apalagi kalau bukan menu ikan layaknya kota di pesisir ye kan?
Oleh kawan, kami diarahkan menyambangi sentra kuliner nasi kuning di tepi pantai. Berkendara 15 menit dari tempat acara kantor, kami ke Warung Makan Nasi Kuning "Selamat Pagi".
Kami ke sana di saat jelang petang. Pas sampai sana, matahari tengah bersiap pulang di garis horizon.
Cakep kah? Ya iya banget. Tempat kami makan menghadap ke Teluk Tomini yang perairannya tenang. Dengan semburat bias sinar matahari sore, memantul di air laut dan melukiskan langit yang gahar, saya (kembali) bersyukur diberi kesempatan menikmati eloknya Nusantara.
Semoga kelak saya bisa jalan-jalan lagi di kota ini, main ke Pohuwato dan Pulo Cinta :)
Sunday, August 20, 2017
Manado, Klapertart dan Kangen
![]() |
Kaplertart (inung gunarba) |
Menengok isi hardisk laptop, mata saya segera terpaku pada folder 'Manado'. Isinya penuh dengan foto-foto plesiran dan kuliner ketika beberapa kali saya menyambangi kota cantik di Sulawesi Utara itu.
Di sana, saya menyambangi beberapa tempat wisata dan belanja. Tentu saja juga tempat makan. Manado memang kota tujuan wisata yang komplet. Banyak spot wisata alam dan ragam makanannya memanjakan lidah, dari masakan laut, makanan berbahan sayuran hingga kue, termasuk bubur manado.
Nah saya sungguh beruntung ke Manado menyempatkan diri menyantap kue ikonnya Manado: klapertart. Lidahnya saya segera mengecap gurihnya kelapa dan olahan terigu dan bahan lainnya.
Selain makan di tempat, satu kotak klapertart juga saya bawa pulang ke Jakarta, oleh-oleh untuk istri dan anak saya. Meski tidak ikut ke Manado, icip-icip kue enak jangan sampai terlewatkan :)
Untuk urusan makanan laut, tempat-tempat makan yang saya datangi juga istimewa. Meski lupa namanya, di antaranya ada di tepian laut dan di tengah kota.
Pada kesempatan yang lain, saya juga pergi ke kota lain di Sulut yaitu Tomohon dan Bitung. Masakan khasnya juga enak. Paling saya sukai adalah masakan olahan dari sayur, entah apa namanya. Lha wong saya tahunya enak dan enak banget :D
Tak terasa, hampir dua tahun saya tidak lagi jalan-jalan ke Manado. Melihat foto-foto perjalanan membuat saya teringat ramai kotanya, pemandangan teluk Manado dengan latar belakang Pulau Manado Tua dan Bunaken di kejauhan dan jajaran nyiur pohon kelapa di pesisirnya.
Kapan lagi ke Manado ya? :)
Labels:
bitung,
bubur,
klapertart,
kuliner,
Manado,
minahasa,
Perjalanan,
sulawesi,
sulawesi utara,
sulut,
tomohon,
Travel,
traveling
Saturday, January 21, 2017
Jelajah Morowali, Sulawesi. Jalur Darat dan Udara.
![]() |
Matahari terbit di site SMI, Morowali |
Salah satu pulau cantik negeri adalah Sulawesi atau dikenal
juga dengan nama Celebes. Saya jatuh cinta dengan pulau ini dan ingin suatu
ketika bisa menyusuri beberapa penggal jalur daratnya.
Keinginan saya itu mulai muncul semenjak kecil ketika
membaca (almarhum) majalah Jakarta-Jakarta. Waktu itu salah satu artikelnya
berupa esai-foto tentang ekspedisi mobil offroad menembus Trans Sulawesi.
Berpuluh tahun kemudian, mimpi saya kesampaian juga. Berangkat
dari Ibukota Sulawesi Tenggara, Kendari dengan tujuan Kawasan Industri PT
Sulawesi Mining Investment (SMI) di desa Fatufia, pesisir Bahodopi, Morowali di
Sulawesi Tengah.
Acaranya ialah peresmian pabrik pemurnian dan pengolahan nikel
yang bakal dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan turut dihadiri
Menteri Perindustrian Saleh Husin.
Labels:
baja,
bell 249,
bintang delapan,
celebes,
helicopter,
helikopter,
industri,
jelajah,
menteri,
morowali,
nikel,
perindustrian,
saleh husin,
smi,
stainless steel,
sulawesi,
traveling
Wednesday, January 18, 2017
Bekal traveling: 15 obat andalan
Salah satu bekal wajib yang mesti dibawa ketika melakukan perjalanan adalah obat-obatan.
Lantas bagaimana menentukan jenis obat? Simple saja, yaitu: obat yang biasa kita konsumsi.
Selain itu, bawa pula obat yang jarang kita minum namun tetap penting sebagai antisipasi. Untuk saya, jenis obat ini ialah obat untuk gangguan pencernaan dan alergi.
Lho kok pencernaan dan alergi? Apakah saya pernah mengalami dua masalah ini? Alhamdulillah belum dan tidak pernah.
Namun, spirit saya adalah antisipasi. Ini berangkat dari pemikiran bahwa kendala pencernaan (lugasnya saya sebut saja diare/mencret) tentu merepotkan di kala jauh dari rumah.
Tidak hanya saat jalan-jalan, ketika di rumah atau di tempat kerja pun, ketika sakit perut maka kita sangat was-was. Kalau meleduk pas lagi meeting atau ketemu pelanggan??? #jackpot #amsyong
Begitu juga dengan alergi. Perubahan lingkungan, cuaca, jenis makanan-minuman di tempat yang dikunjungi dan penurunan daya tahan karena perjalanan jauh, juga berpotensi kita terkena alergi.
Di luar itu adalah obat-obatan yang biasa kita konsumsi. Istilahnya: obat harian, seperti sakit kepala, masuk angin, dan flu.
Nah inilah obat yang lazim saya bawa, baik ketika keluyuran ke lekuk-lekuk cantik Indonesia maupun saat ke negeri seberang nan jauh.
Urut dari kiri ke kanan:
1. Tolak Angin
2. Bodrex Extra
3. Bodrex Migra
4. Puyer 16
5. Decolgen
6. Fatigon putih (untuk capek)
7. Vegeta (memperlancar BAB, begah)
8. Promaag
9. Sangobion
10. Cheng Sie Lung (obat sariawan)
11. Fresh Care
12. Balsem Lang
13. CTM (obat alergi)
14. Lopamid (obat diare)
15. Hansaplast / plester
BODREX DI JEPANG
Salah satu pengalaman bagaimana bermanfaatnya membawa obat ialah saat di Jepang. Ketika acara kantor selesai, masih di lokasi pekerjaan, tiba-tiba sakit kepala menerjang. Nyeri yang hebat terasa mencengkeram tengkuk dan kepala belakang. Leher terasa kaku. Kepala seolah dihimpit penjepit raksasa.
Untung agenda acara hari itu telah selesai. Di mobil sepanjang jalan hingga menjelang masuk ke hotel, saya terus menyandarkan kepala.
Di kamar, air dalam botol segera dijerang di water-jug untuk membuat teh hangat. Kantong obat warna hijau pun segera saya bongkar, satu biji tablet Bodrex Extra segera meluncur di tenggorokan.
Sambil istirahat dan menyempatkan mandi air panas, 20 menit kemudian nyeri sakit kepala mulai mereda yang mengantar saya tidur malam.
Paginya, saya bangun dengan segar bugar. Turun ke restoran hotel untuk sarapan dan tentu saja ngopi :)
Labels:
bodrex,
decolgen,
headache,
jalan,
jepang,
medicine,
obat,
sakit kepala,
tolak angin,
Travel,
traveling,
trip
Wednesday, November 9, 2016
Tanah Air
Indonesia tengah malam.
Jika kebetulan mantengin siaran televisi seperti RCTI, iNews, Trans dan Metro dan pas sedang memutar video klip lagu kebangsaan, saya selalu terkesiap.
Menahan napas, menatap lekat-lekat wajah negeri ini di layar kaca, menyimak lirik 'Tanah Airku" nya Ibu Soed dan "Indonesia Pusaka" ciptaan Ismail Marzuki.
Sungguh saya berasa tersedot, ditarik ke setiap sudut Indonesia seperti terpampang di televisi.
Di sinilah saya di Indonesia.
Dan sungguh saya bersyukur lahir dan beruntung mengunjungi pelosok-pelosok negeri.
Pekerjaan saya yang keluyuran sebagai jurnalis, periset di kelompok usaha lumayan besar, sempat bertugas sebagai humas di lembaga publik, dan terakhir mendampingi salah satu 'pembantu Presiden' di bidang perindustrian :) ... memberi kesempatan untuk mengenal lebih dekat tanah kelahiran ini.
Alhamdulillah, oksigen dan pasir pantai ujung barat hingga timur, utara dan selatan pernah saya hirup dan jejaki.
Tak hanya sekali saya mbrebes mili, diam-diam berlinang air mata ketika pesawat yang saya tumpangi melayang rendah di atas persawahan Aceh, meliuk di perairan Bunaken dan merayapi pulau-pulau di ujung Sulawesi Utara.
Jika bukan soal mata, kali lain tarikan napas saya terasa berat ketika menapak dataran tinggi Papua dan melihat dari kejauhan salju Puncak Cartenz.
Di kepulauan Tual, Maluku Tenggara, saya selonjoran di Pantai Pasir Panjang/ Ngurbloat yang sering disebut salah satu berpasir terhalus di dunia dan paling halus di Asia :)
Tentu saja, seperti pelancong kebanyakan, saya banyak mengambil foto. Itu bentuk bersyukur juga lho... saya tunjukkan dan ceritakan tentang indahnya dan kayanya Indonesia pada anak kami.
Selain itu, rasa syukur juga saya tumpahkan dengan cara yang lebih personal he-he-he: lari pagi.
Yeahhh... Meski tidak berlari di setiap tempat yang saya kunjungi, tetap saja saya sangat beruntung pernah mengukur jarak dan memenuhi paru-paru dengan oksigen Banda Aceh, Tanjung Enim, Bangka, Pontianak, Manado, Bali, Ambon - Tual, Maluku, dan berlari pagi di bawah barisan nyiur di pantai cantik di tepi selatan Indonesia: Nemberala, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Sungguh. Negeri kita sungguh luas dan kaya pesona :)
* Foto-foto menyusul yak :)
Subscribe to:
Posts (Atom)