Perasaan nyaman datang dari tempat yang nggak jauh-jauh amat. Dari sini, putaran bahu, ayunan tangan, puntiran pinggul, dan kayuhan kaki.
Tentu saja, juga dari bibir dan hati yang tersenyum mengawali hari.
+++
Sabtu minggu kemarin, 12 Oktober, saya memulai latihan lari pagi. Itu kali pertama setelah dua bulanan bolos karena sering keluar kota.
Karena saking lamanya ndak olahraga lari, saya memilih latihan transisi sebelum berlari konstan atau simultan atawa terus-terusan, misalnya 45 menit, 1 jam dan 1 jam 20 menit untuk menjangkau jarak 10km.
Hari pertama, saya lari kecil-kecil di dalam dan halaman rumah. Diselingi dengan jalan kaki. Total 30 menit.
Besok sorenya, Minggu, menunya masih sama tapi selama 45 menit.
Untuk Senin, saya libur karena ada acara baksos di kantor.
Selasa, ketika jatuh hari raya Idul Adha, pada sore hari saya latihan lari di rumah dengan diselingi lari di tempat dengan paha naik sejajar tanah.
Lantas, pada Rabu pagi, yang juga usai libur panjang dan cuti bersama Idul Adha, saya mulai lari pagi di jalan aspal dekat rumah, Jalan Berdikari atau sering disebut Jalan Masjid Al Anwar, Rawabelong, Jakarta Barat.
Meski sudah 3 kali latihan lari kecil-kecil di rumah, saya sengaja tidak berlari di sesi hari itu.
Karena, bagaimanapun juga, intensitas lari kecil-kecil di area terbatas seperti halaman rumah dengan berlari di jalanan, berbeda. Di trek jalan raya dan stadion, kayuhan kaki cenderung lebih panjang dan cepat karena kondisi luar ruang memang membuat kita leluasa mengembangkan kayuhan dan kecepatan.
Makanya, pada dua menit pertama saya berjalan kaki, lalu berlari ringan selama 2 menit. Begitu seterusnya bergantian sampai total 30 menit.
Lalu di hari Kamis pagi, pola latihan masih sama. Hanya saja, jalan kaki 2 menit dan lari 4 menit.
Jumat pagi, saya tambahin menjadi jalan kaki 2 menit dan lari 8-10 menit, bergantian hingga seluruhnya setengah jam.
Lantas, untuk Sabtu latihan di rumah. Berlari kecil namun setiap 5 menit diselingi lari di tempat dengan mengangkat paha sejajar tanah. Saya mengakhiri sesi latihan setelah menit ke-45.
Keringat mengucur deras, tapi puas. Betis dan paha terasa kencang namun tidak sakit. Inilah efek dari latihan bertahap tadi, tidak langsung berlari biasa namun diawali dengan pengkondisian melalui jalan kaki dan lari kecil.
Minggu pagi kemarin, atau setelah melakukan 7 kali latihan dalam waktu 8 hari (senin libur) saya berlari di jalan Berdikari lagi.
Saya menuntaskan lari tanpa berhenti dan tanpa jalan kaki, selama 40 menit. 15 menit pertama lari ringan (jogging) lalu mulai menu interval, artinya setiap 3 menit lari kenceng (sprint) selama 20 detik. Begitu hingga menit ke-30.
Selanjutnya, selama 10 menit terakhir kembali jogging.
Alhamdulillah banget :) bagi saya ini awalan yang baik untuk memasuki target berikutnya: lari rutin lagi sebanyak 3 kali seminggu: misalnya Selasa lari jogging 45 menit, Kamis 60 menit dan Sabtu lari 10 km dengan catatan waktu saya sebelumnya sekitar 1 jam 15-20 menit.
Untuk saya yang sudah berumur 36 tahun, frekuensi olahraga seperti itu semoga cukup untuk menjaga daya tahan, stamina dan kesehatan.
Tentu saja tanpa merokok, mengurangi minum yang mengandung gula dan selalu optimis serta tersenyum. :)
I feel good ... Coz I'm running :)
#nulis postingan blog di atas ATR 72-nya Wings Air, Makassar- Kendari *___*
@inung_gnb