Dulu, di umur 20-awal 30an - sebelum mengenal teknik lari yang baik dan benar, kecepatan lari saya mentok di pace 7 sampai 7:30 menit per km. Napas pun sering tersengal dan sehabis lari terasa capek.
Setelah gaul di komunita lari online seperti Indorunners, Run of Indonesia, Runner id dll, saya semakin banyak tahu dan mempraktekkan beragam teknik seperti posture, cara bernapas, langkah kaki, hingga jenis-jenis latihan lari.
Paling terasa ialah cara bernapas perut, strenght atau circuit training dan latihan interval running. Selain itu ialah pengetahuan, pencegahan dan penanganan cedera.
Itu semua memberi manfaat yang banyak dan konkret. Bahkan di usia yang justru bertambah, jarak dan kecepatan lari malah membaik.
Salah satu indikatornya ialah dengan mencoba lari effortless.
Lari ini dilakukan dengan run at my own pace. Misalnya, pagi tadi saya sengaja lari tanpa banyak melihat pencatat kecepatan, melaju dengan pace "natural" saya sendiri.
Larinya ya lari saja. Tidak terlalu pelan. Kuncian speed-nya adalah tidak sampai ngos-ngosan dan ikuti ayunan kaki. Itu saja.
Dan hasilnya, ini kecepatan lari effortless untuk jarak 5K = 33menit, pace 6:36 menit/km :)
Sepanjang lelarian saya bernapas dengan perut, bukan dada.
Pola napasnya ialah 2-3 yaitu menarik napas/ inhalebdalam dua langkah dan mengeluarkannya/ exhale dalam tiga langkah. Pengaruhnya, tidak tersengal, suhu tubuh stabil dan tidak lekas lelah.
Let's train smart, eat right (liberally wkwkwkk), sleep enough, fight hard, race fun :D
#proudindorunners #kagamarunners #prepareSegerRun #ancol16April
No comments:
Post a Comment