Friday, March 17, 2017

Biru hijau Tembagapura

Tembagapura, Papua, Indonesia


Selepas baling-baling racikan Rusia memenangi pertarungan melawan gravitasi, kami segera dilambungkan melompati barisan kabut yang mengapung di sekitar landasan.

Pemandangan segera beralih dari putih pekat, lantas samar-samar lanskap semakin membiru dan kemudian menghijau. Detail perbukitan yang memeluk Tembagapura dan tambang Freeport semakin jelas ketika kami menjauh dari selimut kabut.

Tak lama berselang hanya tersisa rona biru di ujung sana, mungkin itu bercak-bercak kabut yang terpapar sinar matahari pukul 07.45 yang mulai menghangat. Sebaliknya hijau rimba dataran tinggi Papua makin membentang.

Saya beruntung masuk ke kabin Mi-171 belakangan sehingga kebagian kursi paling pinggir dekat jendela kanan. Jadi, ketika si bongsor meliuk mengarahkan moncongnya menuju Mimika, saya segera bertatapan dengan Tembagapura di bawah sana.

Lensa Tamron sapujagad 18-270mm sigap menangkap citra lipatan bumi yang menyimpan cadangan jutaan ton emas. Juta. Ton. Emas. Gold, bukan pasir :). Juga tembaga alias copper.

Helikopter Mi-171 Turboshaft, Airfast Indonesia
Bagi saya, nama Tembagapura seperti magnet yang menarik keingintahuan sejak kecil.

Menyukai pernak-pernik geografi pada kelas 4 SD, di benak saya kota ini sudah identik dengan pertambangan logam mulia meskipun belum pernah melihat seperti apa itu emas. Sedangkan tembaga, saya sudah tahu barangnya saat itu: untuk kabel listrik :)

Kini, isi perut bumi di sekitar Tembagapura dan siapa-siapa yang berhak menggenggamnya kembali menarik perhatian, mengundang pergunjingan dan dibawa ke meja perundingan.

Apapun itu, salam untuk Pak Jonan dan kawan-kawan pekerja di Freeport :).

FB https://goo.gl/XJR1Xe
Artikel perjalanan ke masjid bawah tanah Freeport di Kompasiana

#papua #freeport #aerial #lanskap #tembagapura #grasberg



Negeri di atas awan

Thursday, March 16, 2017

Latihan itu nggak pernah bohong

Dulu, di umur 20-awal 30an - sebelum mengenal teknik lari yang baik dan benar, kecepatan lari saya mentok di pace 7 sampai 7:30 menit per km. Napas pun sering tersengal dan sehabis lari terasa capek.

Setelah gaul di komunita lari online seperti Indorunners, Run of Indonesia, Runner id dll, saya semakin banyak tahu dan mempraktekkan beragam teknik seperti posture, cara bernapas, langkah kaki, hingga jenis-jenis latihan lari.

Paling terasa ialah cara bernapas perut, strenght atau circuit training dan latihan interval running. Selain itu ialah pengetahuan, pencegahan dan penanganan cedera.

Itu semua memberi manfaat yang banyak dan konkret. Bahkan di usia yang justru bertambah, jarak dan kecepatan lari malah membaik.

Salah satu indikatornya ialah dengan mencoba lari effortless.

Lari ini dilakukan dengan run at my own pace. Misalnya, pagi tadi saya sengaja lari tanpa banyak melihat pencatat kecepatan, melaju dengan pace "natural" saya sendiri.

Larinya ya lari saja. Tidak terlalu pelan. Kuncian speed-nya adalah tidak sampai ngos-ngosan dan ikuti ayunan kaki. Itu saja.

Dan hasilnya, ini kecepatan lari effortless untuk jarak 5K = 33menit, pace 6:36 menit/km :)

Sepanjang lelarian saya bernapas dengan perut, bukan dada.

Pola napasnya ialah 2-3 yaitu menarik napas/ inhalebdalam dua langkah dan mengeluarkannya/ exhale dalam tiga langkah. Pengaruhnya, tidak tersengal, suhu tubuh stabil dan tidak lekas lelah.

Let's train smart, eat right (liberally wkwkwkk), sleep enough, fight hard, race fun :D

FB https://goo.gl/iSH2T4

#proudindorunners #kagamarunners #prepareSegerRun #ancol16April

Monday, March 13, 2017

Menjajal truk bongsor di lipatan Papua


Ketika jalan-jalan sejenak ke kawasan tambang emas dan tembaga Freeport, Papua beberapa waktu lalu, salah satu perhatian saya segera tertuju pada sosok bongsor truk kepala kuning- berbadan oranye ini.
Inilah Western Star truck, sepertinya tipe 4800 atau 4900. 

Produsen kendaraan ini memiliki spesialisasi memproduksi  angkutan berat untuk industri tambang, perkebunan, hutan dan bisnis lain yang bermedan ekstrim.

Rasa penasaran saya karena moda ini baru melihat pertama kali dan tentu jauh berbeda dengan kendaraaan angkut lain di Indonesia pada umumnya. Terutama sekali lantaran menggunakan hidung yang didalamnya tertanam mesin bertenaga sangar.


Kalau anak saya, menyebut mainan truk yang memiliki hidung semacam ini dengan nama "truk Amerika".
Di Freeport, truk ini digunakan sebagai alat transportasi para pekerja dan tamu.

Ketika melongok ke kabin pengemudi, saya surprise dengan jenis transmisi yang dipakai: matic bro!


Penjelajah dataran tinggi dengan kontur jalan tanah, kerikil, dan lumpur hujan ini ternyata menjejalkan transmisi matic. Seperti jepretan saya, tombolnya adalah N, P, D dan R.

Ssttt... di beberapa unit, kaca jendelanya dilapis dengan plat besi setebal sekitar 1 cm. Staf yang mendampingi kami mengangguk ketika saya bertanya apakah hal ini karena pertimbangan keamanan :)


Monday, March 6, 2017

Juragan Roti :)

Begini ya...

Dua hari lalu, di sore yang sejuk,  bocah 6 tahun ini tiba-tiba bilang: "Kaka mau punya bisnis.  Tiga bisnis: jualan es krim,  juice dan roti!"

Entah dari mana ide itu. Mak bedunduk saja muncul.

Kami tertawa. Bukan menertawakan.  Kami tertawa karena bersyukur dengan asertifnya Kaka. Dia punya keterbukaan dan keberanian say & act something.

Dan, tentu kami mendukung "business proposal" itu.

Pertimbangannya, kami mengapresiasi spontanitas Kaka.  Juga kemampuan mengungkapkannya, ini sesuatu yang berharga.

Sebaliknya,  jika tidak diakomodir, si bocah bisa malas untuk menghamburkan celetukan,  imajinasi dan kata-kata ke depannya.

Nah, dengan 10 donat keju yang sehari-hari memang dibuat oleh bundanya, jadilah si bocil kami menjalankan bisnis pertama. Titip jual di warung nenek, berjarak dua rumah.

Lain hari mungkin roti labu kuning,  bolu kukus,  cake mocca dll sesuai "produksi divisi cake and bakery" Flamboyan Catering :D

Dan sore ini Kaka mengambil hasil dagangan.  Dari 10 roti,  sembilan terjual. Alhamdulillah :)

Untuk apa uangnya nanti?
"Ditabung.  Beli Lego kapal selam."

He-he-he.  Baiklah Nak!  :)

https://goo.gl/2IXFo5

Friday, March 3, 2017

Cerita saya: berhenti merokok :)

Saya sudah berhenti membakar tembakau tiga tahun 2 bulan.

Meski tak lagi jadi perokok, saya masih bisa mengingat nikmatnya Dji Sam Soe. Ingat nama, tak lupa rasa :D 😍

Ceritanya, saya mula berhenti pada Desember 2013 :). Secara "teknis", dulu spontan berhenti saja. Stop. Mak ceklik. Sudah :)

Tapi, kalau diingat-ingat, tetep ada prosesnya. Seperti halnya perokok yang akhirnya berhenti, jamak jika alasan dan latar belakangnya berbeda-beda tiap orang.

Saya sendiri lebih banyak didorong oleh pertimbangan risiko kesehatan ke depannya dan juga pengaruh buruk ke keluarga serta bocah. Meskipun tidak merokok di rumah, tapi residu di baju dll tetap terpapar ke mereka.

Sekali lagi, alasan seperti ini belum tentu berlaku untuk perokok lain. Bisa jadi perokok lain bisa menerima, bisa juga malah akan tersinggung :)

Sebagai mantan perokok, saya bisa memahami bahwa pembahasan soal habit merokok (dan wacana berhenti atau mendorong seseorang berhenti merokok) menyentuh hal ini: ego :)

Karena sudah terkait ego dan hal-hal lainnya yang (mungkin) sama rumitnya -medis dkk-, saya makin yakin hal ini butuh proses.

Salam kretek Indonesia ;) #lho

Ditulis ulang dari status FB saya https://goo.gl/ECgQ9t