Tuesday, November 10, 2015

Titik selatan Indonesia: Nemberala, Rote



KAMIS dan Jumat kemarin, akhirnya mimpi saya kesampaian juga. Menjejakkan kaki di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.

Lebih beruntung lagi, saya mengunjungi salah satu pesisir cantik pulau paling selatan Indonesia ini: Pantai Nemberala. Sebagian menulis, Nembrala.

Pantai yang menghadap ke barat ini (barat coyyy... kebayang kan sunset nya kek gimana), juga favorit peselancar.

Di bulan Januari-April, pemburu ombak memadati penginapan di sepanjang 10 km pantai Nemberala. Pantai ini memang surga surfing.

Ketika saya datang, kata penduduk setempat, ombak sedang jinak di bulan Oktober-November ini.

 


















Itupun masih ada saja penggila surfing wira-wiri dengan papan selancarnya di buritan sepeda motor: menguntit ombak yang kali-kali masih menjulang di sudut-sudut pantai. Jika beruntung.

Saya sendiri menikmati Nemberala dengan lari pagi.

Lumayan, trek lari saya campuran dari pantai, jalan aspal yang membelah desa, jalur setapak dan kembali ke pantai hingga jajaran karang di ujung Nemberala.

Oya, di sini ada jalur pedestrian yang bisa dipakai berlari. Dibangun secara permanen dengan batu dan semen, membuat nyaman untuk jogging.

Jalur yang serupa pernah saya jajal di pantai Kuta, Bali dan Majene, Sulawesi Barat.




















RUNNING BUDDY
Istimewanya, waktu berangkat lari pagi, eh lha kok dikawal 2 (dua) gukguk yg friendly.
Oya mereka gak ngejar lho. Begitu saya lewat depan rumah pemiliknya, duet Scooby Doo yang lagi berjemur ini spontan keluar pekarangan ikutan lari.

Ketika saya berhenti buat foto, mereka ikutan break, nungguin. Lalu lanjut mbuntutin lagi sampai +-1km.

Malah dua gukguk itu saling dorong-dorongan kalau salah satunya terlalu dekat ke saya, udah kayak bodyguard aje heheheee...

Kalau boleh menerawang ala dog whisperer-Cesar Milan, keknya duo Pluto ini seneng ada manusia lagi lari2 pagi: beraktivitas positif, merawat optimisme :)

#titikselatanIndonesia #MariLari #WeRunIndonesia

Wednesday, November 4, 2015

SURYA PRO

 

Semalem mimpi saya uenak poolll. Mimpi ngudud kretek filter paling nikmat sedunia: Surya Pro. 

Dulu, ini rokok tengahan saya, di antara Dji Sam Soe atau Gudang Garam Filter International yang berat namun aroma tembakaunya kuat dan A Mild nan ringan tapi,bagi saya, mbakonya berasa terlalu 'pabrik'. 

 Pada rajangan tembakau di bujur batangnya yang langsing, ga sebohai Gudang Garam Filter, biasanya saya mencuri baunya sebelum membakarnya. 

 Oya, jika ada korek api 'jress' sy memilihnya dibanding korek gas atau malah Zippo sekalipun. 

Lagi-lagi, perkawinan bakaran kayu pada korek dengan tembakau berasa beda. Pokok'e beda. Soal rasa jangan diurai dengan logika ya heheheee... 

 Sayangnya, dalam mimpi itu saya memaki-maki semesta. 

Setelah makan gudeg, nyruput es teh manis gula batu dan menarik satu batang yang lantas terjepit lembut di bibir... tak juga nemu korek. 

 Di saku celana, baju, tas, nggak ada korek. 

Minjem ke kawan? ndilalah nurut skenario dalam mimpi itu saya satu-satunya aktor. 

 Saking gondoknya, saya ngelilir, tepatnya separo bangun. Ada rasa 'sepet' di rongga mulut. Bibir atas separo mengulum bibir bawah. 

Persis seolah sudah nggeget sebatang rokok namun tak jua nemu korek. Sepet. Gondok. Nyebahi. Njelehi.

 Untungnya, kantuk jam 14.30 meninabobokkan kantung mata lagi. 

 Untungnya pula, saya tak perlu mbingungi nyari rokok beneran seperti masa-masa jadi perokok: malam-malan terbangun, keluar kamar, di teras rumah Jogja, menengadah mengukur jarak dengan bintang-bintang dan menjentikkan jari, menghembuskan asap kelabu. 

 Di Jogja kala itu, tak ada yang sepekat dan sesunyi, namun hangat, yang menyamai malam-malam berselimut bebakaran nicotiana tabacum... 

 Untunglah, bagi saya merokok sudah menjadi bagian masa lalu. Tak lagi saya rindukan. 

 Sedangkan dari tembakau, percikan kangen masih ada, kepada aroma lembaran tembakau yang dijemur, ditumpuk, dikarung dan ditimbang. 

Juga bentangan kebun 'emas hijau' di lembah yang menjepit sungai di belakang Jampirejo, Temanggung, kampung halaman almarhum Ibunda. 

 Rindu juga pada lanskap tembakau di kiri kanan jalur pendakian saya ke Sumbing belasan tahun lalu. 

 Lho kok dari mimpi jadi kangen beneran pada kabupaten mungil di Jawa Tengah itu? Yo ra ngerti, namanya aja melamun nggedyabah :) 

 Eh apa kabar ya tahu ketupat dan bakso di pasarnya? Oya masihkah Temanggung sedingin dulu, menembus tulang menggeretakkan geraham? :)  

Inung Gunarba | Dikirim dari BlackBerry Q10 saya.

Sunday, November 1, 2015

Lari. 12K. Tembakau. Reksadana.


Jelang malem mingguan lari 12K di GBK Senayan.

Start jam 4 sore, cuacanya panas, lembap, kagak enak pokoke. Lima km pertama berat bgt tapi kok yo bisa tuntas hehehe...

Ini saya jadi'in perayaan 1 tahun 10 bulan berhenti membakar tembakau.

.. dan duit bulanan rokok yg Rp 300-400rb per bulan nyemplung ke reksadana :)

Jadi ukuran sampai mana efek sehat stop smoking gw, ya bisa dilihat dr timbunan investasi hehehee...

Terimakasih pak Rudy Tanoesoedibjo Dirut Indovision, "Bukan yang Lain", atas sharing advice berhenti merokok dan pengalihan ke reksadana 3-4 tahun lalu. :)