Wednesday, June 26, 2019

Proyek Tanaman Hias Gantung

Setelah lebaran kemarin, saya kembali pengen bikin proyek pertamanan yang anyar lagi berupa tanaman bunga gantung. Kalau kemarin kan sudah menanam pohon mangga chokanan yang kini sudah berbunga dan muncul bakal buah, maka sembari menunggu 'panen' (aamiinnnn...), saya mau lagi memperbanyak beberapa koleksi tanaman bunga.

Setelah ngaduk-aduk Google, grup bertaman dan berkebun dan nanya-nanya tetangga, terkumpullah 7 tanaman hias yang bakal saya perbanyak dan nantinya akan dipadu padan. Ada yang saya beli, ada pula yang bonusan alias gratisan dan minta ke rumah sebelah hehehe (makanya gaul dong ama tetangga xaxaxa...).

Alih-alih memilih jenis bunga berdasar kecantekannya doang, saya lebih memilih bunga yang ga genit-genit amat alias mencari berdasar kategori seperti ini:
a. gampang tumbuh
b. nggak rewel nuntut pupuk aneh-aneh
c. berbunga (kalau bisa) banyak
d. mudah dibudidaya dan diperbanyak sendiri (supaya nggak bolak-balik beli lagi demi ngirit duit)
e. tahan panas matahari, nggak perlu terlalu sering disiram.

Berbekal syarat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat di atas, maka bunga yang lolos audisi untuk digantung di taman mungil rumah Bogor adalah sebagai berikut:

1. Tapak dara / vinca vinca gantung

src
Tips: tempatkan di luar ruang. Tanaman ini emang doyan dan tahan panas makanya suka pancaran dan mendapat sinar matahari sepanjang hari. Bahkan kalau mau bunganya cantek dan bahenol, pastikan kena sinar pagi siang sore.

Penyiraman ga butuh banyak-banyak. Sirami hanya ketika tanahnya kering. Jika musim hujan, tidak perlu dipindah ke tempat teduh. Cuman, pastikan saja air hujan yang di tanahnya tidak tergenang supaya akar dan batang nggak busuk.

Pokoknya, ini emang bandel dan anti rewel.

Jenisnyapun ada dua. Supaya gampang, saya menyebutnya ada vinca tegak dan vinca gantung. Budidaya atau cara memperbanyaknya bisa dengan semai biji dan stek batang. Nah untuk stek batang, kita bisa mencelupkan batangnya duluan ke cairan zat penumbuh akar seperti Rooton F dan Atonik.

2. Portulaka / krokot / moss rose


src
Dari segi jenis atau bentuk bunga, tentu macem-macem ye kan. Tapi untuk gampangnya, ada dua jenis jika dipilah dari bentuk daun dan ini terkait dengan beda perlakuan.

Singkatnya, portulaka yang daunnya runcing: taruh di tempat yang dapat matahari langsung, ini memang tahan panas, tahan cuaca. Kalau hujan, asalkan air tidak tergenang, gapapa. Bunganya bertumpuk dan gemuk.

Adapun saudaranya yang daunnya oval atau lebih bulat, tidak tahan panas dan maunya dapat air yang sedang aja. Ogah terlalu kering, ogah basah banget. Jujur, jenis ini memang lebih rewel. Maka, taruh di tempat naungan alias ga banyak kena matahari langsung. Bunganya ga bertumpuk, hanya selapis.

Saya sendiri punya dua jenis portulaka di atas, yah untuk ngomplitin koleksi bunga yang juga disebut bunga pukul sembilan ini.

3. Petunia
src
Bunga ini bisa diperbanyak dengan biji maupun stek batang. Catatan pentingnya, dia butuh air tapi jangan sampai menyiram air sampai kena batang dan daunnya. Jadi saat ngocorin, langsung ke permukaan media tanam.

Idealnya, pakai sekam bakar campur cocopeat, dan media tanam yang banyak dijual di toko pertanian.

4. Geranium
src
Untuk memperbanyaknya, bisa pakai stek batang dan biji. Jika mau bunganya banyak, rajinlah memotong cabang yang sudah panjang.

Doi juga tahan panas meskipun baiknya ada naungan seperti di teras atau di gantung yang kena matahari ga rada keras sinar dan panasnya.

Media tanamnya yakni cocopeat dan sekam bakar. Pupuknya NPK atau pupuk yang unsur P-nya lebih banyak untuk merangsang pembungaan.

5. Torenia
src
Lagi-lagi ini bunga tahan panas. Sukanya media tanam yang basah tapi jangan becek dan tergenang. Ini terbilang ga rewel, bisa pakai dominan sekam mentah, tambahkan sekam bakar dan pupuk yang unsur P-nya lebih banyak seperti menanam begonia.

Budidayanya bisa dengan biji dan stek. Banyakan pakai biji sih karena batangnya lumayan lunak, rada ringkih keknya kalau ditancepin ke media tanam. Biji-biji didapatkan dari kantung di bawah bunga yang sudah mengering.

Enaknya lagi, dia juga beranakpinak karena biji yang jatuh akan muncul tunas. Tunggu sampai rada gede atau ada 4 daun, baru pindah ke pot lain.

6. Sirih gading
hlmsmpg
Tanaman penyerap polutan dan racun ini mudah banget ditanam. Tinggal tancepin dan berdoa :)

Media tanamnya simpel. Bisa sekam bakar, tanah biasa yang ditambah kompos.

Sirih gading bisa ditaruh di dalam ruangan, di luar, gantung, maupun di bawah. Malah banyak yang memakai tanaman rambat ini sebagai penutup tanah atau ground cover.

7. Spider plant
hlmsmpg
Seperti sirih gading, spider plant mampu menyerap polutan, bisa di indoor, teras, tahan kering alias hemat air.

Catatannya, sirami hanya ketika media tanamnya sudah tampak kering. Kalau terlalu basah, dia akan menguning, daun serta akar membusuk, dan akhirnya mati. Sedangkan jika kekeringan, daunnya merunduk dan layu.

Idealnya, media tanam ialah paling bawah cocopeat tipis saja, disusul media tanam biasa yang dicampur sekam mentah.

+++

Sebagian foto bunga-bunga tadi saya comot dari dunia maya. Nanti jika sudah sakses diperbanyak, bakalan saya update artikel ini. Sejauh ini, bunga yang sudah berhasil saya budidayakan adalah portulaka, sirih gading dan spider plant.

Selain mereka, tanaman yang sudah duluan bergabung yakni zinnia, melati jepang, brokoli hias, bambu air, lidah mertua atau sansivera, kastuba, bunga kancing, vinca tegak alias tapak dara dan peace lily. Tentu saja wajib me-mensyien si penguasa taman yaitu hamparan 1 hektare 2m x 2m rumput gajah mini yang nggak bawel, tahan cuaca dan irit perawatan.

Satu lagi, dari berburu kemarin, saya baru tahu kalau ada dua jenis vinca jika dilihat dari fisiknya. Ada vinca tegak yang lebih untuk herbal dan berkhasiat dan ada pula vinca hias atau sering disebut hibrida atawa vinca gantung, namun kandungan khasiat herbalnya kurang. Dua-duanya berbunga cakep kok.

Menurut saya mah, duo vinca yang berbeda ini nunjukin kuasa Allah SWT yang menciptakan mahluk hidup dengan aneka ragam dan saling melengkapi. Ada yang lebih untuk estetika serta keindahan dan ada yang diciptakan untuk memberi manfaat bagi umat manusia hehehe. Subhanallah :)

Salam bertaman dari Bogor :)

Thursday, June 20, 2019

Penting buat Runner Nyubie : Lari Tetap Olahraga Berisiko


Lari semakin banyak digemari. Olahraga rekreasional ini memang simpel dan peralatan yang diperlukan juga ga neko-neko - sepatu dan celana kolor (ga pake baju juga ga dilarang) - kecuali sampeyan memang kolektor gadget yang batasan budgetnya adalah langit hehehe.

Program dan tabel jadwal latihan lari dasar, "from walker to runner"

Nah, seiring makin populernya lari, sayangnya makin banyak juga cerita yang berseliweran tentang cerita pengalaman pelari yang mengeluhkan ini itu. Cedera. Dehidrasi. Heatstroke. Kepayahan. Sakit pasca lari, dan lain-lain.

Bagi pelari pemula, menurut saya sih, hal yang paling mendasar adalah awareness bahwa bagaimanapun juga lari adalah salah satu olahraga yang berisiko tinggi.

Lari yang merupakan kategori olahraga high impact, jika tidak dilakukan dengan hati-hati bisa berujung celaka. Kok serem? Ya iya, saya lebih memilih kata-kata serem supaya jadi pengingat bahwa lari bijimanapun berbahaya.

Mau rinciannya? Gampang, googling aja dengan kata kunci seperti: peserta lari meninggal, pingsan, koma, cedera, luka, rumah, sakit.

Dari kesadaran seperti di atas maka kita akan terpacu untuk selalu disiplin dalam melakukan setiap tahapan berlari. Yakni, pemanasan, peregangan, mulai dengan langkah pendek, minim akselerasi, redam ego, minum cukup sebelum-selama-setelah lari dan dengarkan tubuh. Listen your body. Berasa ga enak maka pelankan laju lari dan berhenti. Ga pakai nawar!

Satu lagi. Jika ikut acara lomba lari, pilih dan pilah event yang penyelenggaraannya menyediakan sarana memadai seperti water station, marshal yang cukup, lintasan aman dan steril.

Paling mudah adalah dengan melihat kredibilitas panitianya. Sudah seringkah si penyelenggara bikin ajang lari, seberapa pengalalaman dan lain-lain. Begitu.

Salam lari aman :)



Monday, June 3, 2019

Mudik Pakai Mobil Matic, BBM Irit, Kuat Nanjak, Nyaman Anti Pegal



493 km : 33,9 liter = 14,5 km/lt

Itulah konsumsi BBM kendaraan kami saat mudik Lebaran 2019 ini. Menggendong mesin berkapasitas 1500cc, Avanza seri S tahun 2011 bertransmisi matic mengantar kami dari Bogor menyeberang ke Tanjung Enim, Sumsel sejauh 493 km.

Sengaja berencana menghitumg konsumsi BBM, sedari berangkat kami menerapkan pola hitungan yang paling realistis yakni full to full. Oya sebelumnya, tak lupa kita menyarankan rutin melakukan perawatan dan pengecekan mobil seperti ganti oli mesin teratur, periksa rem dan lain-lain di bengkel rekomended.

Balik ke soal perjalanan mudik, dari Bogor tangki diisi full. Bahkan sampai permukaan BBM Pertamax terlihat di bibir tangki. Lalu si mobil item semok dikendarai hingga tiba waktunya diisi ulang di Martapura, Ogan Komering Ulu Sumsel. Saat itu odometer menunjuk 493 km.

Kami isi hingga bener-bener penuh, lagi-lagi sampai Pertamax terlihat di ujung lubang pengisian. Volume isian 33,9 liter.

Maka, jarak tempuh dibagi volume BBM. 493 km : 33,9 liter = 14,5 liter per kilometer.

Apakah ini terbilang boros, rata-rata atau hemat?

Menurut saya, ini termasuk hemat. Mengapa? Saya berani menyimpulkan begini karena punya pengalaman empiris dengan perbandingan apple to apple.


Mudik lebaran tahun sebelumnya, konsumsi Pertamax saya hanya 9 liter/km. Dengan catatan, mobil yang dipakai ya sama persis dan jarak tempuh pun sama. Apple to apple.

Apa saja faktornya? Saya coba merinci estimasi faktor-faktor yang berperan. Sekaligus saya coba seobyektif mungkin dengan tidak menempatkan 1-2 faktor sebagai faktor penentu. Jadi, kesemua faktor di bawah ini sama-sama berkontribusi.

1. Driving style yang lebih kalem
Rekan-rekan di komunitas otomotif menyebutnya 'kaki kanan sudah disekolahin'. Artinya, saya nggak lagi mbejek gas terus menerus atau konkretnya kaki kanan tidak nempel di pedal gas terus-terusan.

Jika dirasa kecepatan mobil langsam, seperti di jalan tol atau jalan arteri yang lurus, datar atau cenderung menurun, saya mengangkat kaki dari pedal gas dan membiarkan laju mobil bergulir memanfaatkan daya yang sudah didapatnya.

2. Tipe ban dan tekanan angin
Saya memang aliran standar pabrikan termasuk pemilihan ban yakni ring 15, lebar tapak 195 dan sidewall 65. Jika tapak lebih lebar seperti pakai ukuran 205 lebih, tentu kerja mesin terpengaruh karena kudu bekerja lebih keras lagi.

Adapun tekanan angin cenderung keras yakni depan 33 psi dan belakang 37 psi. Sejatinya ini tidak keras-keras amat. Karena hanya lebih 1-2 psi dari standar pabrik. Dan untuk perjalan luar kota, tekanan sedikit keras lebih enak daripada kurang angin. Toh lebihnya masih batas toleransi yang maksimalnya sekira 44 psi (merujuk keterangan batasan tekanan di dinding ban).

3. Volt Stabilizer
Selain setelan standar, perangkat tambahan di boil pada mudik tahun ini termasuk minimalis dan anti neko-neko. Saya hanya memakai 1 jenis perangkat yakni Volt Stabilizer bikinan rekan-rekan Duta Kemiskinan seharga Rp 150ribu.


VS ini menstabilkan arus, mengoptimalkan kinerja kelistrikan dan performa mesin. Yang saya rasakan pertama adalah stater lebih cepat, langsung jreng he-he-he

Kemudian, AC lebih dingin dan terutama laju mobil lebih responsif. Kaki hanya nempel tipis-tipis di pedal gas saja, boil sudah jalan. Bahkan kalau lagi nyantai di kompleks, saya tidak injak gas dan posisi transmisi pada D, mobil sudah merayap woles.

Alhasil, di perjalanan, mobil Avanza bertransmisi automatic tahun 2011 ini pun mengkonsumsi BBM lebih hemat, tetap bertenaga dan nyaman alias anti pegal jika kondisi lalu lintas padat atau macet. Tahun-tahun sebelumnya, saya belum memasang Volt Stabilizer.

Di beberapa titik tanjakan di lintas tengah Sumatera seperti di Kota Bumi, Way Kanan Lampung, Martapura, Baturaja, Simpang Meo, Tanjung Enim, Sumsel, laju mobil masih enteng. Pun begitu ketika perlu menyalip kendaraan besar.

Oya, saya sendiri berusaya istiqomah menerapkan safety driving seperti lebih cenderung defensif, tidak nyalip di tanjakan dan belokan serta jika capek mending ngaso dan istirahat.


4. Kurangi ngantuk dengan memilih makanan dan pakaian. 


Konsumsi makanan minuman serta berpakaian pun juga saya perhatikan demi mengurangi efek mengantuk. Saya kurangi karbohidrat berupa makam nasi hanya 1/2 porsi, perbanyak sayur dan lauk berprotein seperti telur.

Dan tentu saja perbanyak minum air putih. Saya hindari minuman kemasan yang biasanya tinggi gula. Kopi tetap saya minum tapi sengaja kopi pahit nol gula.

Soal berpakaian, saya ikuti rekan-rekan yang demen touring dan kawan sopir truk: jangan pakai celana dalam ketat hehehe.

Maksudnya ketat adalah CD yang model V atau boxer ketat. Begitu juga, hindari memakai celana luaran yang ketat seperti jeans maupun celana bahan yang berikat pinggang.

Konkretnya saya pakai celana training yang longgar dan pinggangnya pakai karet elastis tanpa ikat pinggang. Bisa pula pakai celana kolor sedengkul. Atau baik juga pakai sirwal karena longgar dan nyaman sekaligus praktis jika mau salat.

Bagaimana dengan pakaian dalam? Jika disarankan nggak pakai daleman, kita yang belum terbiasa bakal ntar berasa risih lah. Komprominya bisa pakai boxer tapi yang tidak ketat dan berbahan katun. Kalau di Indomaret atau Carefour, bisa pilih merek Scorline, Rider dll. Pokoknya, pastikan tidak ketat.

Celana yang longgar berguna melancarkan peredaran darah terutama di daerah pinggul dan pinggang apalagi kita berjam-jam duduk di kendaraan roda empat maupun roda dua.

Kenyamanan menyetir jauh juga didukung persiapan fisik seperti yang pernah saya tulis pada artikel tips latihan sederhana untuk para sopir yang bisa dilakukan di rumah dan tanpa alat.

Nah itulah catatan dari perjalanan mudik lebaran memakai mobil matic. Ini sekaligus menggugurkan asumsi bahwa mobil bertransmisi matic cenderung boros. Dengan beberapa upaya, konsumsi BBM tetap bisa hemat, bertenaga dan perjalanan nyaman. Pastikan tentunya prinsip safety first ya, enjoy the trip dan fisik mental prima :)

Salam satu aspal :)