Sunday, July 14, 2013

Jalan-jalan

Lanskap kota Manado dilihat dari Hotel Peninsula, 21 Juni 2013 #klik foto utk memperbesar.


Indonesia itu luas ...

Tiga kata itu, diatas kertas, sudah saya pahami sejak kelas 3 SD. Ketika itu, pelajaran di sekolah mulai memperkenalkan tentang geografi.

Awalnya tentang daerah sekitar hingga kabupaten lantas di provinsi. Saya tinggal Bantul, DI Yogyakarta.
Berikutnya, di kelas 4, 5, 6 sampai SMP dan SMP, pengetahuan geografi makin meluas hingga seluruh Nusantara dan dunia.

Di atas kertas, saya tahu seberapa jauh Yogya ke Jakarta, ke Medan, ke Irian (kini Papua). Tapi saya tak seberapa mengenal suasana dan atmosfer di pelosok negeri karena tak pernah menapakkan kaki ke sana.

Satu ketika, seorang temen yang bekerja sebagai peneliti sosial-budaya, bilang: kita baru bisa mengatakan bahwa Indonesia itu luas jika telah melakukan perjalanan ke daerah.

Perjalanan yang dia maksud bukan sekedar perjalanan udara dari kota ke kota seperti Semarang-Pontianak atau Jakarta Padang.

"Indonesia itu luas. Itu baru benar-benar aku pahami ketika ke pedalaman Kalimantan Tengah pakai jalan darat dan lewat sungai. Total 3 hari, dua harinya pakai perahu kecil di sungai," tutur dia.



Dia juga bilang, secantik-cantiknya lanskap Selandia Baru, Australia, Singapura, Malaysia, AS, Afrika, Perancis, hingga Norwegia dan Swedia, tetaplah Indonesia yang paling menawan. Di mata dan di hati.

Saya manggut-manggut. Mencoba membayangkan luasnya Indonesia dengan memadukan tuturan Guru SD dulu dan cerita teman saya. Just imagine it, not more.




Es Rumput Laut di kapal kayu wisata, sungai Kapuas Pontianak Kalbar


Lantas, tahun ini, frekwensi perjalanan ke luar kota dalam rangka kerjaan melonjak. Pertama ke Batam dan berkeliling dengan mobil di kota pulau itu.

Lalu Pontianak, menyusuri sungai Kapuas meski saya akui jarak yang saya tempuh hanya secuil dari total panjang sungai besar itu.

Juni kemarin giliran ke Manado. Sampai di Bandara Sam Ratulangi, ke kota di Teluk Manado yang berada di pantai barat lalu segera bermobil ke Bitung, kota pelabuhan di pantai timur yang menghadap Samudera Pasifik.

Hari kedua, menerabas ke kota lainnya. Salah satunya Tomohon. Jalan darat yang meliuk-liuk dan naik turun memang membuat capek. Tapi terbayar dengan makanan khas Manado dan Minahasa hehehe.

Lombok
Tanggal 7 Juli minggu lalu, saya ke Lombok, Nusa Tenggara Timur. Bandara yang baru membuat kami harus menempuh jalur darat 34 km untuk mencapai ibukota Mataram.

Pengalaman itu sekaligus membuat saya bisa membayangkan jarak yang harus ditempuh jika nantinya bandara di Yogyakarta jadi pindah ke Kulonprogo.

Selama ini, jika kita ke Yogya memakai pesawat udara maka mendarat di Bandara Adisutjipto yang di kawasan Maguwo tak jauh dari pusat kota, paling-paling hanya 15 menit dengan memperhitungkan lalulintas yang padat. Jaraknya sekitar 5km

Sedangkan jika pindah ke Temon, Kulonprogo, kita akan menempuh perjalan darat ke barat sekitar 35 km atau sekitar 1 jam.

Balik tentang Lombok, pada hari kedua saya berombongan menyempatkan ke Pondok Pesantren Nahdatul Wathan yang merayakan ulang tahun ke-78. Lautan manusia yang oleh panitia diperkirakan mencapai 20 ribu orang datang.

Lantas langsung menuju Pantai Mandalika sekitar 1 jam perjalanan ke tenggara. Pantainya indah, berpasir putih, berupa teluk yang luas dan dikelilingi bukit-bukit.

Belakangan, ketika mendapat koneksi wifi lebih leluasa dan browsing peta, posisi Mandalika di sudut pulau Lombok. di kawasan itu, pantai-pantainya memang banyak berbentuk teluk yang luas.

Tentunya, perairannya pun begitu tenang lantaran ombak yang datang dari Samudera Hindia ditepis oleh sisi-sisi bukit yang mengapitnya. Belaian angin dan langitnya...? Jangan tanya!!! :)

Saya beruntung. Beruntung menjadi bagian dari Indonesia yang luas dan kaya. Alhamdulillah :)

Pantai Mandalika, Lombok, NTB Minggu 7/7/2013

No comments:

Post a Comment