Tuesday, May 13, 2014

Belajar Renang Ga Kenal Umur...

Sudah dari lama saya ingin bisa renang. Niat belajar renang pun kuat meski banyak halangan ini-itu. Waktu yang minim dan tidak adanya pelatih atau teman yang ngajarin jadi aral utama.

Waktu SD, pernah diajak almarhumah Ibu renang bersama mbak di Jogja dulu. Waktu itu hanya nyemplang-nyemplung saja. Juga ketika berkunjung ke rumah nenek di Temanggung.

Hingga dewasa, saya nggak pernah lagi belajar renang. Lantas pada 2005an, ketika umur sudah 28 tahun, kembali sempat belajar renang. Sayangnya, teman yang bisa ngajarin juga sibuk bekerja. Keinginan bisa berenang pun menguap hanya jadi mimpi, sekali lagi.

Hingga menikah, lantas si kecil Kaka lahir, saya belum bisa berenang. Padahal saya ingin mengenalkan Kaka dengan olahraga air ini. Mosok ya, Kaka bisa renang sedangkan bapaknya nggak bisa :)

"Dalam beberapa hal, keinginan yang meletup spontan seringkali berhasil terwujud..." ini juga terjadi awal bulan April kemarin.

Ketika sedang browsing untuk mengerjakan laporan, lha kok tiba-tiba saya punya ide: gimana kalau les privat renang saja.



Akhirnya nemu juga di Manggala Wanabakti, postingan artikelnya di sini.

Obstacle... #halah, ganjalan yang kira-kira mesti saya hadapi  untuk belajar renang di usia dewasa a.k.a tua ini ternyata bukan soal fisik. Tapi lebih banyak karena faktor mental. Oya saat ini, umur saya sudah menanjak ke 37 tahun :)

"Bisa gak ya, bisa gak ya. Ntar banyak yang liatin, malu dah gw. Sudah setua ini kok baru belajar renang..." begitu batin saya menggalau. T___T

Beneran, sumpah. Bahkan ketika hari pertama datang ke kolam renang, mental saya teruji. Melihat dari kejauhan, kolam renang lumayan ramai dengan para perenang yang sudah mahir. Lemes dah... tengsin coyyy...

Mungkin saudara-saudara juga mengalami yang saya rasakan dan yang saya alami. Nah, karena itulah makanya saya share pengalaman ini.

Learn from the expert
Les privat juga didasari pertimbangan bahwa untuk belajar yang optimal dan efektif, saya merasa perlu belajar dari para ahli yaitu pelatih. Les jenis ini juga membuat saya lebih fokus, begitu juga dengan pelatih.




Pada latihan pertama dan kedua, pelatih saya, Pak Nung, menekankan prinsip berenang adalah pengaturan nafas, meluncur, gerakan tangan, gerakan kaki, dan koordinasi antara keempat hal itu.

Di dua kali pertemuan itu pula, latihannya menggunakan pelampung. Pelajaran nomer satu yang terus diulang-ulang adalah pernafasan. Lalu gerakan meluncur dan gerakan tangan serta kaki.

Gaya yang diajarkan: sekaligus dua yaitu dada dan bebas.

Alhamdulillah, di pertemuan ketiga, saya sudah mulai berlatih tanpa menggunakan pelampung. Gaya saat itu adalah gaya bebas.

Di pertemuan selanjutnya, latihannya masih memakai pelampung. Ini lantaran untuk membantu saya konsisten belajar renang dengan teknik yang benar. "Jika tidak dibetulkan sejak belajar, maka seterusnya akan salah," tegas pak Nung.

Risikonya macem-macem misalnya gerakan renang kita tidak efektif. Juga boros tenaga alias tidak efisien. juga rawan cedera.

Setiap kali pertemuan, yang berlangsung sekitar 1 jam hingga 1,5 jam, gaya yang diajarkan tetap dua: dada alias katak (breast stroke) dan bebas (free style). Kata pak Nung, keduanya selalu menjadi materi latihan agar kita tidak lupa.

Pengalaman saya, metode latihan itu memang efektif.

Saya sudah mulai mendapati momentum gerakan tangan dan kaki untuk gaya dada pada pertemuan ke-6. Lalu makin halus di pertemuan ke-7 meski pengaturan nafas masih kurang pas alias masih pendek-pendek. Yang terasa adalah setiap habis renang satu putaran, nafas masih kerasa ngos-ngosan meski nggak seberat di awal-awal latihan.

Oya, saya berlatih renang masih di jalur sisi lebar kolam renang, belum berani di sisi panjang hehehe. Satu lagi, khusus untuk gaya bebas, gerakan renang belum sehalus gaya dada.

Lantas, di latihan ke-8, saya sudah berani berenang gaya dada di sisi panjang. Kunciannya, seperti pelajarannya pak Nung: pengaturan nafas, luncuran, gerakan tangan, gerakan kaki dan KOORDINASI kesemuanya. Penekanannya memang pada koordinasi, karena tidak ada yang terpisah.

Malahan di akhir sesi latihan, saya bisa berenang bolak-balik.

Belajar efektif dari kesalahan...
Selain prinsip berguru dari the expert #eaaa..., saya rasakan juga belajar dapat makin cepat ketika kita mencermati apa saja kesalahan saya.

Untuk ini, saya rajin bertanya kepada Pak Nung. Selain itu terbuka dalam mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang saya rasakan ketika melakukan instruksinya. Dari situ, Pak Nung memberi masukan.

Juga, saya memanfaatkan youtube. Beberapa video yang banyak membantu seperti yang diupload oleh iSport dan GoSwim.

Sambil memelototi layar laptop, juga mengingat-ingat gerakan saya dan membandingkannya dengan tayangan youtube. Lantas mencatat, kesalahan-kesalahan gerakan saya antara lain: kepala saya terlalu mendongak, lalu pada gaya dada ternyata gerakan tangan dan gerakan kaki terlalu berdekatan karena seharusnya bergantian.

Belajar dari kesalahan ini rasa-rasanya memang mempercepat proses kita, mungkin lantaran lebih nancep kali ya... :)

Lalu kayuhan tangan harus segera diluruskan, sedangkan selama ini tangan saya berhenti di dekat dada samping dan baru saya luruskan ketika kepala masuk ke air. Juga, pada gaya bebas, saya kurang melakukan body-roll atau memutar badan untuk membantu kayuhan. Masih ada catatan-catatan kesalahan lainnya...

Nah ketika kembali latihan, kesalahan-kesalahan itu saya koreksi dan dipraktikan. Hasilnya, gerakan makin halus dan secara teknik semakin baik.

+++

Hari ini, saya akan kembali latihan renang dan menjadi les privat ke-9 dari total 10 kali pertemuan. Sepertinya, fokus dua sisa jadwal les ini untuk menyempurnakan gaya bebas dan belajar mengapung.

Kalau boleh saya ingat-ingat kembali masa-masa awal belajar renang empat minggu lalu, terus terang saya separo nggak percaya bahwa akhirnya bisa juga berenang hihihi...

Ini juga membuktikan, belajar renang memang tidak mengenal umur.

Lebih dari itu, batasan fisik pun dapat kita terabas. Senin kemarin, saya lihat sendiri seorang ibu berusia lebih dari 60 tahun dan diantar menggunakan kursi roda juga berlatih renang. Kata Pak Bambang, pelatih ibu tersebut  yang juga kakak kandung Pak Nung, si ibu berlatih renang sekaligus sebagai terapi untuk masalah saraf terjepit yang dialaminya.

So... sejatinya nggak ada halangan untuk melakukan berlatih renang.

Makanya, jika sampeyan masih berumur lebih muda dari saya, laki atau perempuan, sekolah, kuliah atau kerja... bulatkan tekad dan kuatkan semangat :))

Selain itu, berenang juga menjadi pelengkap rutinitas olah raga lari. Renang akan menjadi cross-training bagi latihan lari, fungsinya membantu melatih bagian tubuh yang kurang terolah oleh aktivitas lari, terutama tubuh bagian atas.

Nothing is impossible, tidak ada tidak mungkin! Salam :)


1 comment:

  1. Hebat...cerita anda menambah tekad saya untuk belajar renang

    ReplyDelete