Saturday, June 16, 2012

Pulang



Dari kegemaran saya soal travelling, perjalanan pulang tetaplah yang paling saya sukai.

Pulang bagi saya bukan lagi identik tentang satu kota tujuan. Sampai usia 30 tahun saya memang tinggal di kota kelahiran Jogja.

Lantas menikah dengan Bundanya Kaka yg berkampung halaman Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Kini, kami tinggal di Palmerah, Jakarta.

Perjalanan ke tiga kota itu saya anggap sebagai pulang. Dari Jakarta, saya menikmati perjalanan ke Jogja. Begitu juga ketika kembali ke Ibukota.

Deru derak roda kereta saya nikmati. Pula, keramaian di ruang tunggu bandara. Juga, hiruk pikuk di Merak dan aroma ruang-ruang kapal feri menuju Bakauheni ketika menyeberang ke Sumatera.


Ada perasaan "lepas" dari kepenatan bekerja. Menghitung jarak yang makin dekat dengan kota tujuan.

Di benak, menari-menari membayangkan raut muka Bapak yang menua, sudah seberapa gede para keponakan Hana, Ali, Rijal, Nabila dan Dian di Salakan, Bantul sana...

Juga, tak sabar berbincang tentang apa saja dengan kakak-kakak. Juga, ingin segera mengusap pusara almarhumah Ibunda.

Jika pulang ke Tanjung Enim, pandangan saya bakal tak lepas dari kaca jendela mobil travel Kartika.

Pemandangan kanan kiri kebun dan hamparan pedusunan dan kota-kota di Lampung hingga masuk ke Sumatera Selatan melalui jalur lintas tengah.

Juga, padi yang hijau atau di waktu yang lain, telah menguning dengan bulir-bulir montoknya.

Sungai yang meliuk-liuk di kiri jalan berganti-ganti dengan hutan antara Baturaja hingga simpang Mio.

Singgah
Perjalanan darat yang panjang, tentu perlu beristirahat. Jika dengan bis ke Jogja, biasanya ngaso di Tasikmalaya, nama daerah persisnya saya lupa.

Itu jika melalui jalur Jakarta, Bandung- Jogja. Jika via Cirebon, kalau tidak salah singgah di Purwokerto.
Sementara, kalau ke Tanjung Enim, menepi di Baturaja.

Di sana ada banyak pilihan tempat makan yang berhalaman parkir luas. Oiya, di kapal feri juga terbilang tempat ngaso.

Lumayan untuk melepas pegal. Bahkan bisa meluruskan badan alias tidur di ruang lesehan kapal.

Ditempat persinggahan itu, bagi saya, apapun makanannya terhitung nikmat. Kesukaan saya ialah makanan yang berkuah seperti sop daging atau soto ayam.

Lain perkara jika di kapal penyeberangan, kompromi antara higienitas dan makanan berkuah adalah Pop Mie! Hehehe

+++

Perjalanan pulang, yang saya rasakan adalah perkara suasana bathin, bukan hanya memindahkan raga.

Ada romantisme. Ada semacam seolah-olah tersedot magnet maya yang menarik kita makin mendekati kampung halaman.

Juga, seperti membolak-balik album foto lama. Ingatan merekonstruksi kembali kenangan dan peristiwa.
Dialog demi dialog, sentuhan demi sentuhan dan perasaan yang sama persis pun terbangun.

"Theater of mind," kalau boleh saya meminjam ungkapan kawan saya, sista Efi.

Saya juga ingat tweet sobat Veri yang menulis di timeline-nya::

"Kenapa saya rela bolak-balik Depok-Jakarta naik motor tiap hari? Karena jarak yang jauh selalu mengingatkan saya pentingnya arti "pulang"."

Dia sendiri bekerja di Jakarta, sedangkan Ayah-Ibunya di Kuningan, Jawa Barat. Jika ada libur 2-3 hari, dia lebih memilih menengok kukuhnya punggung gunung Ciremai.

+++
Suara-suara tertentu juga seakan mewakili perasaan untuk kembali pulang.
Yang paling saya sukai adalah derak roda kereta beradu dengan relnya.

Tidak heran, paling tidak yang saya pergoki, Iwan Fals dan Dik Doang menyisipkan gemeretak roda kereta di lagu mereka masing-masing.

Bang Iwan di "Rindu Tebal". Sedangkan Dik Doang menaruhnya di ujung lagu "Pulang"...
... Aku rindu Ibu, wibawa Ayah dan suasana yang ada... Yang pernah singgahhhh....

:)

+++
Asofa, Palmerah, 02.09 wib.
Penyisihan Piala Eropa, Swedia- Inggris, menit 5", skor sementara O-O.

7 comments:

  1. tiada yang menyenangkan selain pulang ke rumah dan bertemu keluarga semua..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi, pertengahan Juni ini, kok suasanya udah kayak bulan puasa. terutama kalau lagi siang dan gerah :)

      Delete
  2. benar sekali Kang bahwa pulang ke kampung halaman terasa beda sekali, melebihi perjalanan wisata. Karena ini perjalanan dalam rangka jalinan silaturrahim yang di dalamnya ada suasana-suasana emosional penuh makna.
    Itu KA nya Malabar ya ?, berarti lewat Bandung dong kalo pulang ke Jogja

    ReplyDelete
  3. Lupa soal nama keretanya, tapi seingetku, lewat jalur Jakarta, Cirebon, Purwokerto. Itu lagi berhenti di daerah Banyumas, nunggu kereta yang berpapasan dari arah timur/Jogja.

    Btw, keknya enak ya kalo mudik sekarang. trus lebaran juga pulang kampung lagi qeqeqe

    ReplyDelete
  4. lagunya bang iwan fals itu selalu saya putar kalo naik bus.. :D

    ReplyDelete
  5. jadi ingat....lebaran Haji mesti tinggalkan Jogja pulang ke Prabumulih....nah....kangen sama jalan antara Jogja - Palembang...Ramayana wae bis nya..haaahha..promo...

    ReplyDelete
  6. kalo aku pulang kemana yia?satu lingkungan keluarga semua hehe

    ReplyDelete