Wednesday, March 27, 2013
Nongkrong dan Sudut Pandang
Tentu saja, saya suka nongkrong. Di kafe, di mal, di diskotek.
Sengaja yang disebut tiga tempat itu dulu. Bo'ong dikit plus bergaya ga papa lah, demi pencitraan sok begaya dan belaku hehehe :D
Sejatinya, saya lebih suka warung indomie, warung kopi, warung tegal atau warung sunda. Seperti juga sekarang ini, di warung es kelapa muda Wakhid Hasyim, 200 meter dari Sarinah, Jakarta.
Jika sampeyan dari arah Bundaran HI, sampai lampu merah Sarinah, belok kiri selemparan batu, seberang kantor Koran Jakarta. Warungnya jadi satu dengan bakso Wonogiri, Gajah Mungkur.
Di tempat nongkrong, biasanya saya duduk sekenanya, atau kalau dah nemu sudut yang asyik, ya saya tempatin lagi lain waktu. Tentu kalau lagi kosong.
Namun secara berkala, saya ambil juga tempat duduk yang berbeda. Misalnya, kalau biasanya menghadap ke dalam, ini hari memilih ngadep ke luar. Kalau kemaren di pojok kanan, nyoba di sudut kiri.
Dari sesederhana tempat duduk, saya menikmati sudut pandang baru. Melihat lalu lalang, slilar slilir orang juga kendaraan.
Kurang kerjaan? Mungkin iya. Buat saya mah, ini sekalian me time :D Mengenyahkan kejenuhan.
Juga ngobrol. Bersama teman yang sudah dikenal? Enggak.
Sekarang ini ngobrol dengan loper koran. Dia duduk di seberang meja setelah memesan es kelapa muda. Obrolan mengalir saja. Pun pada awalnya.
"Orang itu persis Bapak saya ya?" katanya sambil menunjuk dengan matanya, yang dia maksud ialah seorang bapak yang melintas di depan kami. Saya tersenyum.
Yang dimaksud adalah Bapak almarhum. Tuturnya, beliau meninggal waktu waktu dia masih 5 tahun.
"Orang pada menangis, saya tertawa," kenangnya.
Tahun berapa itu? "85an."
Saya cepat berhitung. Jadi dia lahir sekitar tahun 80an. Sekarang umur temen ngobrol saya ini sekitar 32 tahun. :)
Asalnya nun dari Sumatra. Bengkulu selatan tepatnya. "Manna?" Tanya saya setelah menyingkap sedikit sisa-sisa ilmu geografi kelas 5 SD dulu.
"Aaaa... Nggak jauh dari Manna," matanya berbinar, ada antusias ketika tahu kalau kawan bicaranya tahu tentang daerah asalnya.
Lantas kami berbincang tentang kopi dan teh. Tentang kota-kota kabupaten di Bengkulu yang sejuk.
"Curup itu dingin. Karena sudah di Bukit Barisan," tuturnya. Saya jadi teringat kawan, Amie :) yang sempat tinggal di Curup hehehe. (Mana ya orangnya yang punya Cerita Hujan ) +___+
Sedangkan Rejang Lebong, maafkan kalau spelling salah, level kesejukannya masih dibawah Curup. "Di Curup, kita mandi jam 08.00 masih kayak diguyur es. Saya kalau ke sana ke rumah Kakak. Ada kebun kopi disana," lanjutnya.
Saya tersenyum. Koran terbitan sore barusan datang. Dia pamit dan sigap menyambar beberapa eksemplar untuk diantar segera ke pelanggan.
+++
Bilangan Sarinah, 15.45 wib
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
lama tak besua mas, mampir kembali ke halaman samping mas Inung, sukses selalu
ReplyDeletesalam kenal kak,,,
ReplyDelete