Saturday, April 6, 2013

Kabut

Nun di kala jaman SMP, saya sering berjalan kaki ke sekolah ditemani kabut pagi. Sekitar jarak 15 rumah, saya melewati kebun singkong sebelum memasuki kampung tetangga. Disitulah kabut yang seperti kapas masih menggantung di pucuk-pucuk daun.

Malah ketika SD, ketika depan rumah masih berupa hamparan sawah yang ditanami padi, lalu sempat menjadi ladang tebu, kabut pagi langsung terlihat begitu membuka pintu dan jendela rumah. Bertahun berselang, sawah dan kebun itu sudah berganti menjadi gedung kampus swasta.



Di ibukota pun sejatinya saya beberapa kali menikmati sejuknya kabut. Tetapi itu ketika bekerja di kawasan Cibubur.

Di luar kawasan di ujung selatan Jakarta Timur itu yang juga berbatasan langsung dengan Depok, Jawa Barat, tak ada lagi kabut yang saya temui. Yang ada ya kabut asap dari knalpot kendaraaan di ruas-ruas jalan Ibukota :)

Tentu saja, saya ingin kembali menikmati kabut kembali. Besar kemungkinan bukan di Jabodetabek apalagi Jakarta. Selain soal kabut, juga ingin kembali mendapat suplai oksigen :)

Sepertinya Bangunharjo, Timbulharjo, Bambanglipuro di Bantul atau Godean, Mlati, di Sleman boleh menjadi pilihan. Sekaligus kembali pulang dan mengawal tumbuh-kembangnya Kaka, buah hati kami :)

No comments:

Post a Comment