Sunday, March 4, 2012

Mengamplas Aspal

Saya suka olahraga lari.
Mengenalnya sejak masa sekolah lewat pelajaran olahraga di SD hingga sekolah menengah.

Sedangkan menikmatinya sebagai hobi dan rutinitas malah ketika kuliah. Saya ingat persis, di suatu subuh 1997 ketika masa pemilu, spontan mencomot sepatu Spotec warna putih biru di rak teras samping. Merek ini sepertinya sudah almarhum :)

Pemanasan 10 menitan, lalu saya berjalan kaki ke jalan besar. 200 meter dari rumah di bilangan Jl Menukan, Jogja.

Kebiasaan jalan kaki sepertinya membantu langkah kaki sehingga otot-urat tidak terlalu 'kaget' diajak mengukur aspal.

Laju lari ke arah selatan, menyusur jalan Parangtritis dari lampu merah SPBU Jogokaryan, lalu tembus ring roang selatan, belok kiri merayapi 4 kilometer jalan lingkar kota itu. Lantas belok kiri begitu melintas di lampu merah ring-road di Druwo-Ngoto.

Jalur lari memang memutar berbentuk segi empat. Sampai di simpang tiga Pasar Karangkajen, saya menyisir ke kiri lagi hingga kembali ke rumah.

Beberapa tahun kemudian, laju lari lantas beralih ke trek kampus. Tepatnya di parkir barat Grha Sabha Pramana (GSP), auditorium UGM. Sekitar 3-4 kali seminggu.

Seperti sebelumnya, saya lebih banyak berlari sendirian. Tanpa teman atau mengajak teman. Namun, jika ada teman yang mau ikutan, oke aja.

Bukannya saya keukeuh lari sendirian. Tapi, karena ritme lari saya terhitung mulai dari lambat-lambat lalu mulai kencang setelah 10-15 menit.

Pengalaman selama ini, teman-teman lebih suka langsung tancap gas.Sudah saya duga, mereka biasanya letoy meski belum sampai 5 menit. Menyerah dan duduk istirahat mengatur nafas.

Karena berangkat bareng-bareng, mereka juga mesti menunggu saya yang masih lari hingga setengah jam + jalan kaki beberapa menit untuk pendinginan.

Saya malah nggak enak melihat mereka menunggu hingga bosan meski banyak 'pemandangan' menarik sepanjang jalur lari. Saking banyaknya para pelari di sore hari +_+

+++
Teman-teman kuliah juga tahu kebiasaan lari ini. Jika suatu sore saya datang ke kampus dan memarkir motor, mereka tahu agenda saya.

Tapi ada yang sedikit konyol. Dengan bercanda, mereka menganggap, olahraga lari hanya dalih untuk mendekati cewek. Aihhh... sebegitunya :)

Beberapa kali pacaran, masa itu, sungguh tanpa melibatkan lari. Atau, mengajak inceran saya meluangkan waktu memutari GSP.

Dari semuanya, blas bukan berawal dari jogging. Hanya yang dari Kedokteran yang pernah beberapa kali lari bareng. Itu pun proses PDKT dan jadian bukan di jalur lari :))

Lha wong saya lebih suka lari sendirian, kasihan lah kalau cewek saya mesti menunggu manyun di pinggir trek. :)

+++
Yang saya dapatkan dari lari tentu saja kebugaran. Dengan sedikit tambahan tips dari majalah, website dan ngobrol bareng kawan, praktik lari jadi lebih baik.

Mampu berlari lebih lama tanpa rasa letih yang berlebihan. Ukurannya gampang, dulu saya hanya sanggup menempuh waktu 30 menit, kini meski umur bertambah malah mampu lari hingga 50-60 menit. Tentu saja jarak juga berlipat, dari hanya 5-6 km kini hingga 10 km :)

Di Jakarta, jalur lari hanya di satu tempat. Jalan Berdikari, kawasan Assofa, tak jauh dari Rawa Belong, Palmerah, Jakarta.

Sejatinya saya bisa ke Senayan, hanya 15 menit dari rumah. Tapi, di sekitar rumah sepertinya sudah cukup.
Pagi besok, saya juga kembali akan mengamplas aspal dengan tapak sepatu Lotto.

Lumayan buat melenturkan urat dan meliatkan otot yang sudah mulai digerus usia :)
Plus, menyambut hari senin yang ceria. I Love Monday :)

+++

6 comments:

  1. wah hebat mas rajin larinya
    dulu sih waktu muda saya senang lari pagi tapi makin besar makin malas :P

    ReplyDelete
  2. hahahahaha,, mengamplas aspal,,, huaaah,,,sssttt ini rahasia kita saja ya mas,, aku paliiiiing tidak suka olga satu ini,, hehehe,, jadi ingat waktu masih skul dulu,, disuruh guru olga nya lari keliling kompleks skul,, karena aku ga kuat terpaksa deh panggil becak.. becak!! jadinya bukan olga lari,, kan? :)

    satu lagi,, gara2 lari juga aku mundur dari keinginan bisa karate,, abis waktu pertama mau ikut latihan,, eeh disuruh pemanasan lari dulu,, huaah,, bukannya ikutan lari,, aku malah kabur ke warung nasi uduk yg ada di dekat situ,, gagal lagi dah pingin bisa karate!! hahaha....


    sssssttttt........ ini rahasia kita saja ya bapake kaka.. :)

    ReplyDelete
  3. +Ria:: paling susah emang ngadepin rasa males, palagi tidur selimutan +diluar gerimis. Melek doang, mati'in alarm dan bobok lagee...

    +Ami:: Ayolah bi', boleh kok abis lari nimbun lemak n kolesterol :))))

    ReplyDelete
  4. Pertanyaannya: kapan sambangi aku utk lari di wilayah RIng Road Utara Jogja?..

    ReplyDelete
  5. yang ngamplas si Lotte sama si Spotec (bener nih udah almr), soalnya saya sudah sangat lama ndak punya sepatu untuk olah raga, mending menggaruk kerikil jalan kaki tanpa alas kaki lebih menyatu dengan alam. SOale kalo disuruh lari saya ndak kuat Kang. Menggos menggosssss

    Kang Adit: Kan tempo hari sudah saya wakili silaturrahim ke sana, jadi kangen jogja lagi

    ReplyDelete
  6. ## bro Adit:: wis suwe ora mudik ke Jogja. pasti aku sempatkan ke utara Jogja jika pulang :))

    ## om Pakies:: dulu nginjek kerikil n nyeker, sakit banget. Sekarang dah mulai berkurang, moga pertanda onderdil daleman membaik :)

    ReplyDelete