Sunday, June 20, 2010

SMK, Siap Beradu Layar


SMK, sekolah menengah kejuruan kini tak hanya berkutat dalam semboyan 'siap kerja'. Semboyan ini sepertinya menihilkan semangat yang sejatinya ada dalam pengajaran di sekolah. Yaitu life skill.

Gembar-gembor yang porsinya lebih banyak kepada kesiapan kerja saya kira bukan kesengajaan. Ini lebih efek samping dari bias komunikasi dari Departemen Pendidikan Nasional. Niatnya sungguh-sungguh mulia: ingin mengedukasi publik pada keberadaan SMK dan mengangkat citra karena sebelumnya sekolah kejuruan dipandang sebelah mata.

Sedikit berbeda dengan saudaranya yang SMA, siswa sekolah menengah atas di persepsi bakal menyuplai universitas atau pendidikan yang lebih tinggi lainnya.

Apa benar? bagaimana jika alumni SMA ingin langsung bekerja? Waduh, sebagai produk SMA, saya sendiri yakin bekal saya jauh dari kebutuhan dunia kerja. Dan, siswa SMK lebih unggul dari saya. Nah, inilah poin plus dari kampanye pencitraan SMK oleh Diknas.


Kalau pun ada efek kurang pas, saya yakin itu lebih ke soal bias dan tidak mempengaruhi niat utama tadi.

Life Skill
Di SMK, ada muatan life skill yang disisipkan dalam mata pelajarannya. Life skill ini mencakup
1 personal skill (kecakapan mengenal diri),
2 thinking skill (kecakapan berpikir rasional)
3 social skill (kecakapan sosial)
4 academic skill (kecakapan di bidang akademik) dan
5 vocational skill (kecakapan di bidang keahlian).

Dengan bekal ini, dari sisi penguasaan teknologi, siswa SMK tentu berpeluang besar menguasainya karena sebagaian besar porsi pelajaran mengarah pada praktik. Sedangkan kecakapan non teknis, seperti sosial dan personal skill akan memberi sentuhan pada kepercayaan diri dan keluwesan dalam hidup bekerja dalam tim dan beradaptasi.

Poin ini erat hubungannya dengan jiwa kewirausahaan yang memang menyaratkan kemampuan komunikasi dan penyesuaian diri dalam beragam lingkungan sosial dan usaha.

Selain teori di sekolah, kemampuan life skill juga bisa diasah dengan memberi kesempatan siswa untuk berkompetisi. Kompetisi ini bisa masih dalam uji kecakapan materi pelajaran di sekolah, seperti lomba skill otomotif (montir) yang sering digelar pabrikan motor (jamak digelar Yamaha, Honda, Suzuki dan Kawasaki).

Juga ajang yang lebih mengarah pada aktivitas ekstra kurikuler. Seperti basket, bela diri, kesenian hingga lomba perahu. Lomba perahu? nah, mungkin kita jarang atau malah baru mendengar lomba perahu yang diikuti anak SMK.

SMK Kelautan Majene, Sulbar
Selain karena bersentuhan dengan alam yang menantang, lomba perahu dipersepsikan sebagai ajang yang diikuti masyarakat umum. Toh, siswa SMK tak gentar. Contohnya yang siap dilakukan oleh kontingen siswa SMK Kelautan Majene. Nama resmi sekolah ini sejatinya SMK Negeri 3 dengan fokus bidang kelautan. 

Sekolah yang berlokasi di Jl Poros Majene-Mamuju Km 14 Pamboang Majene ini memiliki 3 jurusan yaitu Nautika Perikanan Laut (NPL), Budidaya Perikanan Laut (BPL) dan  Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHP)
Kontingan Sandeq Race SMK ini tengah siap mengikuti lomba tahunan perahu sandeq Agustus 2010 mendatang. Ajang yang lebih dikenal dengan Sandeq Race ini merupakan upaya melestarikan dan meneruskan budaya bahari Mandar. Perahu pun telah siap meluncur komplit dengan layar dan sponsoR, seperti yang dikabarkan oleh situs yppti.org.

Sandeq ini mengajarkan nelayan muda untuk membaca arus, membaca angin, serta ritual yang ada di dalamnya. Hal ini sesuai dengan misi sekolah sebagai lembaga pendidikan kejuruan (vocational) yang ingin meningkatkan kecakapan hidup atau life skill anak didiknya.

Keikuitsertaan sekolah yang memiliki laman http://smkn3majene.sch.id ini didukung penuh oleh Yayasan Pengembangan Pendidikan Telematika Indoneisa (YPPTI) dan Exxon Mobil Oil Indonesia yang sejak 2009 melakukan pendampingan pengembangan SMK ini menuju sekolah unggul.

Jalur Lomba
Dipaparkan dalam situs itu, para peserta akan ditantang untuk mengarungi laut sepanjang 300 mil yang terbentang dari Mamuju, Sulawesi Barat hingga ke Makassar, Sulawesi Selatan dengan waktu tempuh selama 10 hari.

Lomba yang dimulai dari Pelabuhan Mamuju menuju Pantai Losari tersebut, akan melewati enam etape perlombaan yang melewati daerah Majene, Polewali, Ujung Lero, Parepare, dan Barru di Sulawesi Barat, dan berakhir di Pantai Losari Makassar, Sulawesi Selatan.

Sandeq merupakan sebutan untuk perahu layar tradisional khas masyarakat suku Mandar, Sulawesi Barat. Perahu ini memiliki panjang lambung sekitar 7—11 meter dan lebar 60—80 sentimeter, dan di samping kiri-kanannya dipasang cadik yang terbuat dari bambu sebagai penyeimbang.

Perahu bercadik yang ujungnya berbentuk runcing (lancip) dan catnya rata-rata putih bersih itu kini digantikan perahu bermesin yang kebanyakan digunakan nelayan Mandar sejak beberapa tahun terakhir. Sandeq telah dilayarkan oleh bangsa asing mengarungi samudera, seperti ke Australia dan Amerika.

Bahkan mampu berlayar sampai ke Madagaskar. Menurut Horst H Liebner, peneliti sandeq asal Jerman, perahu sandeq merupakan perahu tradisional tercepat yang pernah ada di Austronesia.

Perkembangan penting sandeq dimulai tahun 1995, letika akhirnya  masyarakat suku Mandar yang diprakarsai oleh Liebner menggelar ajang lomba profesional.  Malah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat memasukkan lomba perahu ini dalam kalender tahunan kegiatan provinsi itu sekaligus ntuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Biasanya loba digelar pada minggu pertama hingga kedua Agustus.*

No comments:

Post a Comment