Sunday, April 27, 2014

Sulit (dan Nikmatnya) Belajar Renang

Ini dua olahraga kegemaran saya. Untuk lari, sudah sejak bertahun-tahun lalu tepatnya dari 2002 :)

Sedangkan renang, mulai rutin baru-baru ini saja. Olahraga air ini saya manfaatkan juga sebagai latihan selingan untuk aktivitas lari. Istilahnya cross-training.

Sebagai hobi baru, tentu saja saya mesti belajar. Maklumlah, terakhir nyemplung di kolam renang tujuh tahun lalu :(

Itu berarti, secara praktis saya belajar renang di usia dewasa. Masa-masa dulu saya pernah belajar, anggap aja hangus +___+

Beberapa teman bertanya, sulit ga to belajar ketika telanjur dewasa? Bukankah lebih mudah kalau pas masih anak-anak atau remaja?

Saya jawab bisa. Soal susah atau gampang itu mah urusan nanti. Maksudnya, kita baru tahu persis apakah sulit atau mudah setelah mulai belajar. Pokok'e nyemplung dulu. Kalau berandai-andai, ntar nggak belajar-belajar dong :)

Nah, pengalaman saya sendiri, ada persamaan antara belajar renang dengan olahraga lari.
Apa aja?

1. Butuh proses, nggak bisa seketika dan buatlah jadwal latihan.
2. Sabar dan disiplin mengikuti tahap demi tahap.
3. Ikuti kata expert. Bisa teman yang terbiasa lari atau renang, guru alias pelatih dan sumber referensi lainnya.
4. Baca poin 1 s/d 3.
5. Yakini poin 1 s/d 3
6. Lakukan poin 1 s/d 3. Just do it! :)

Kalau mau bicara soal tantangannya, keduanya juga sama: kesulitan terberat hanya sampai latihan pertama, kedua hingga ketiga. Artinya hanya pada masa-masa awal ketika kita mulai adaptasi.

Setelah itu, tubuh kita sudah mulai menyesuaikan ritme. Koordinasi antar nafas, gerakan tangan, kaki dan anggota badan lainnya mulai terbentuk.



Selanjutnya adalah menyempurnakan detil-detil teknis. Inipun juga butuh disiplin kuat. Jika ada satu gerakan yang salah, akan jadi kebiasaan.

Misalnya pada lari, sudut siku tangan terlalu ke dalam padahal idealnya 90 derajat. Atau, jatuhnya langkah pada tumit sedangkan seharusnya pada bagian depan hingga tengah (bagian depan telapak kaki).

Begitu juga dengan renang. Kepala diusahakan menghadap ke depan dan bukan ke arah dasar kolam. Ini agar kita lebih responsif.

Intinya, belajar renang di usia dewasa dapat dilakukan siapapun. Kata iklan minuman energi di TV: Bisa!
Apalagi olahraga ini memiliki kelebihan seperti minim impact atau benturan. Air lah yang menjadi media peredam gerakan kita. Lalu bagus bagi pernafasan dan tentu saja olahraga rekreatif.

Oya, soal rekreatif, renang memang bikin kita intim dengan Nusantara. Bukankah negeri ini kaya dengan kekayaan maritimnya? Dengan renang, dan selanjutnya selam, kita nikmati wisata bahari dari terumbu karang hingga biota lautnya.

Siapa yang tidak ingin berenang di sela-sela batu granit di Belitung, melompat dari jembatan Pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil di Kepulauan Seribu, atau memacu kecepatan gaya bebas di perairan Derawan?

Juga menikmati kesunyian sudut Raja Ampat, Papua Barat dengan gaya katak atau cukup dengan mengapung di cekungan-cekungan Pantai Mandalika di Pulau Lombok, NTB.

Mengakrabi pelosok Nusantara pun bakal semakin lengkap, sesuai motto saya sih hehehe: Sesap kuliner khasnya, serap dalam-dalam oksigennya saat berlari dan arungi pesona baharinya :)

I love blue of Indonesia!

Powered by Telkomsel BlackBerry®

















No comments:

Post a Comment