Friday, August 17, 2012

Jajan


Berbuka puasa di warung bakso Pak Kumis di ruas Wakhid Hasyim, Jakarta Pusat, duduk di seberang meja seorang anak kecil 7 tahunan bersama Ibunya. Saya membayangkan, apa yang saya rasakan ketika pada usia yang sama dijajanin bakso oleh Ibu almarhum.

Kalau merunut-runut serpihan memori, kayaknya yang saya rasakan tentu suka cita menyantap kuah dan butir-butir Bakso. Langganan kami kala itu, warung bakso di pojok simpang empat Toko Maga, Jalan DI Panjaitan, Jogja. Waktu itu, toko Maga masih sebatas toko kecil dan sekarang sudah menjadi toko swalayan.

Kami jajan disitu, biasanya tanggal gajian Ibu. Beliau mengajar di SDN Gading II di Jl Mayjen Sutoyo. Disitu juga saya dan empat kakak bersekolah.

Keduanya hanya berjarak sekitar 600 meter dr sekolah, Ibu cukup mendudukkan saya di boncengan sepeda anginnya dan mengayuhnya pelan-pelan.




Jika yang saya rasakan adalah perasaan excited melahap bakso dan diakhiri dengan segelas es campur, maka yang saya pikirkan juga sesantai itu pula.

"No problem," mengutip teks di poster bergambar bayi bule gembul yang populer di masa kecil saya, sekitar 85'an.

Tak ada yang saya pikirkan selain bagaimana secepatnya menikmati bakso yang uapnya masih mengepul dari kuah panasnya.

Sedangkan Ibu, mungkin saja benaknya sudah sibuk mengatur pekerjaan rumah dan menyusun laporan mengajar. Juga, merinci bakal mendampingi anak yang mana yang mengerjakan PR malam nanti.

Saya kembali tersenyum mencuri pandang pada anak kecil yang bersama Ibunya di seberang meja. Bibir kecilnya sibuk mengunyah bakso dan mie kuning. Ibunya sesekali menyempatkan memperhatikan anandanya, bisa jadi ingin memastikan sawi dan togenya turut dilahap.

Tergeletak di meja mereka, kantong putih berlogo Kids Station, gerai mainan yang dimiliki PT Mitra Adiperkasa Tbk. Saya sendiri akrab dengan perusahaan ini lantaran beberapa kali meliput aktivitas mereka.

Sebulan lalu, saya dan Bundanya Kaka juga mampir ke toko yang sama, waktu itu yang berada di Gandaria City, Jakarta Selatan. Saya membelikan mainan truk pasir warna hijau dengan karakter jerapah.

Tiba-tiba saya membayangkan apa yang ada di benak Kaka ketika kami membelikannya mainan. Juga saat mengajaknya makan di luar rumah.

Yang saya inginkan dan harapkan ialah membahagaikan Kaka sesuai usianya. Beli mainan yang semoga merangsang motoriknya, membuat dia nyaman dan membawanya jalan-jalan yang mendorongnya mengenal lingkungan sosial.

Hmmm... Saya memang kangen Kaka dan Bundanya yang saat ini berada di rumah nenek di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Sekitar 200 km dari Palembang ke arah barat daya, melewati Prabumulih. :D Potongan cerita perjalanan kami ke sana ada di sini.

+++

4 comments:

  1. Ayah yang bijak. Karena sangat memperhatikan mainan anak dengan perkembangana anak. Karena mainan seringkali mempengaruhi kejiwaan anak jika salah membelikannya.

    Bakso pedes dan panas kalo disiram air es apa nggak ngilu tuh gigi Kang hhh

    Kira-kira bayi no problem itu, sekarang sudah usia berapa ya Kang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bakso panas + es campur : jaman segitu ndak ngilu, Kang. Sekarang mah, jangan tanya hahaha #faktor 'u' :D

      Mungkin bayi 'no problem' itu dah jadi dokter sekaligus blogger +_+

      Delete
  2. aiiih, yang lagi kangen.

    sewaktu masih kecil, kalau diajak makan di luar sama ibu memang 'sesuatu'. Kalau sudah gede gini diajakin, alasannya bejibun, hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo dah gede, maunya duit-nya aja n pergi jajan sendiri :))

      Delete