Tuesday, August 7, 2012

Memilih ...



Beberapa bulan belakangan ini, pedal gas ngeblog saya ngadat. Lumayan jarang menulis meski ide-ide mengelilingi lingkar kepala.

Pernah satu ketika, tebersit pengen bercerita tentang obrolan dengan pedagang asongan di Karet, Sudirman,  Jakarta. Sayangnya hanya lewat begitu saja.

Lantas beda hari, ujug-ujug alias tiba-tiba atawa spontan pengen nulis tentang jajanan di kawasan Binus, Palmerah sampai Rawabelong, Jakarta Barat. Idem, hanya mampir di benak.

Pun juga ketika pulang malam dari kantor. Ingin mosting tentang perjalanan hari ini. Lagi-lagi hanya ide kosong tanpa wujud di blog.

+++

Mungkin, dan bisa jadi benar, ada beberapa penyebab yang membuat keinginan menulis blog cuma berujung angan-angan.

1. Perfeksionis
Sempurna. Pengennya nulis postingan yang komplit dan mendalam. Setelah ide muncul, bukannya segera menuangkannya dalam tulisan (tentu setelah ada waktu luang), tapi malah terbebani untuk melengkapinya dengan 'sedikit' data ini-itu.

Awalnya sih saya merasa perlu data setitik, tapi lantaran pengen sempurna jadi pengennya browsing untuk melengkapi data. Ujung-ujungnya, hal ini malah membebani saya.

2. Mood
Nggak mood nih. Inilah dalih yang paling sering saya kibarkan. Rentetan dari alasan ini beragam, mood nyari waktu, dan juga tempat yang asyik untuk ngetik hingga pilihan kata yang sip.

Praktiknya, dalih ini bisa saya sisihkan ketika saya segera menuliskan kata-kata pertama. Lalu menjadi kalimat dan alinea. Seringkali, jalinan baris-baris kata pertama bisa berbeda dengan alur berikutnya.

Malah lebih jauh lagi, isi cerita berbeda dengan ide awal. Ndak masalah, justru makin kaya kan :)

3. Overload
Tak jarang, saya berlama-lama menahan untuk tidak segera menulis lantaran menerima banyak informasi yang berseliweran tentang ide ngeblog. Misalnya gini, ada ide tentang tempat yang asyik buat lari pagi.

Iseng, saya browsing. Nemu beberapa tempat di Jakarta yang sip buat mengayunkan kaki. Misalnya kawasan Senayan lengkap dengan plus minusnya, lalu Taman Suropati, Taman Menteng, Hutan Kota Srengseng, Barito, dan beberapa taman kota lainnya.

Tak sadar, informasi yang saya dapatkan makin banyak. Belum lagi testimoni dari kawan-kawan yang ngobrol langsung. Akhirnya, karena kebanyakan informasi, saya merasa, ah nggak ada perlunya nulis tentang hal itu. Toh semua sudah tahu.

Intinya, kebanyakan informasi membuat saya malas mencari sudut pandang yang lain. Bisa juga malas menyusun poin-poin intinya. Akhirnya, ya nggak jadi nulis.

4. Alat
Ngetik memang pakai gadget, kayak lapy, kompy atau handphone. Mosting juga perlu koneksi internet, modem atau wifi. Karena itulah dengan instan saya langsung beralasan tidak segera menulis lantaran tengah terkendala fasilitas.

Bukankah saya masih bisa tetap menulis tanpa modem. Toh upload-nya bisa di lain waktu. Juga jika tanpa gadget, mestinya saya mengambil pena dan menulis sederet kalimat pertama yang menjadi inti ide.

Selanjutnya, diteruskan di perangkat ketik atau malah terus saja menulis di block-note atau buku tulis lainnya. Ketergantungan pada gadget berujung pada malas dan menutup diri pada kreativitas.

5. Orientasi
Ngeblog, bagi saya, lebih banyak untuk bercerita tanpa dibatasi format standar tulisan di media massa seperti pekerjaan sehari-hari saya. Seharusnya, saya tinggal menuliskannya saja. Gue-gue juga yang nulis, yang ngedit juga gue. Mestinya begitu.

Sayangnya, terlintas juga membayangkan respon pembaca akan tulisan yang diunggah. Bisa juga membayangkan, apakah pembaca bisa mengerti maksud cerita lantaran merasa pilihan kata serta alurnya berantakan.

Kebanyakan mikir ini-itu, malah membuat tidak adanya pertemuan jari dengan keyboard, perjumpaan pena dengan kertas. Ide-ide terbang begitu saja... wussss.

+++

Akhirnya, menurut saya sendiri sih, untuk bersegera menulis dan meningkatkan frekuensi ngeblog, ya harus berani memilih.

-Memilih kata-kata pertama begitu ide hadir.
-Mengambil angle atau sudut pandang yang datang pertama kali.
-Juga memilih untuk mengedit postingan ketika di tengah jalan ingin berganti tema.
-Atau, malah memilih untuk tidak mengutak-atik pilihan kata dan kalimat yang tengah ditulis.
-Biarkan begitu saja, asalkan ejaan tidak salah dan tanda baca pada tempatnya agar pembaca nyaman.

Dan saya pun akhirnya memilih untuk mengklik 'Publikasikan' tanpa banyak melihat baris-baris awal di atas. Done! :D

Asofa IV, Rawabelong, Palmerah, Jakarta.

2 comments:

  1. rumus pendeknya ternyata ya "just do it" hehehe

    ReplyDelete
  2. waaah saya sering sekali mengalaminya. tapi biasanya lebih banyak di proses ngayalnya, akhirnya belum nulis sudah capek sendiri. di kepala udah kaya sempurna banget, aps mau nulis malah blank #curcol

    ReplyDelete