(Sebuah fiksi)
Di selasar bandara Juanda, Surabaya, kita bersua lagi. Aku, perempuan dari masa lalumu, bersirobok denganmu yang dulu kujatuh cintai. Dengan terbahak.
Ya dengan terbahak aku mencintaimu. Konyol, orang bilang. Luweh, kataku! Biarin.
Ya, kutulis di topi kertas Ospekmu.
Tentu, dengan spidol hitam Snowman.
Pasti, kau masih ingat itu.
Mungkin, kita lupa tanggalnya.
Yang jelas, hari terakhir inagurasi di GSP UGM
"Ina love Oji, miracle in 3 days!"
Dan, kau terbelalak membacanya. Kita pun sama-sama terbahak sesudahnya.
Lima belas tahun kemudian, minggu pertama Februari kemarin, kita kembali terbahak.
Dulu dan kini
Kubilang kau masih seperti dulu. Kau jawab, aku sudah berubah.
Okelah, kita berbalas komen. Lisan tak perlu membuka FB untuk berceloteh di wall.
Kau tampak muda. Tepatnya segar dan tetap saja sumringah. Sepertinya kau dilahirkan untuk tersenyum setiap bertutur.
Kau bilang dirimu seorang wartawan. Oh, kataku, bisa jadi karena itulah kau selalu luwes. Terbiasa bertemu orang. Tuh kan, kau menjawabnya dengan senyuman meringis garing.
Ah, kau tak tahu, senyuman dan perlakuanmu itu yang membuatku kedanan. Tergila-gila. You drive me crazy, rutuk batinku dulu dan kini.
Gantian kamu. Menurutmu, seorang Ina semasa masih mahasiswi Hubungan Internasional jauh berbeda dengan Ina yang kini diplomat.
Apanya, tanyaku, sambil mencodongkan mukamu ke arahmu. Daguku kini tepat di atas tengah meja Dunkin Donuts yang sejatinya sudah tak begitu lebar.
Tak kau perhatikan kan, kedua tanganku bersedakep terlipat di bibir meja. Bolehlah kubilang, itu untuk mengimbangi degupku.
Katamu, aku kini begitu berwibawa, matang dan berparas teduh. Mungkin bawaan kerjaan.
Aku sedikit membelokkan pandangan ke langit-langit. Sedikit tersanjung. Dasar perempuan.
Lalu, menurutmu, ada satu hal di diriku yang tak juga berubah. Kau katakan itu dengan menggeleng-gelengkan kepalamu. Ada raut kecewa disitu. Bola mataku membinar, seolah bertanya: apanya?
"Selaluuuu cantikkkkk!"
Ha-ha-ha... Aku terbahak. Kukira kau akan berkata tentangku yang sudah tidak asyik lagi.
Aku tertawa untuk dua hal. Pertama, ya tadi itu, karena lega.
Kedua, lima belas tahun yang lalu, kau pernah merayuku dengan kata-kata dan bahasa tubuh yang persis. Kau menjebakku untuk kedua kalinya. Dan aku menikmatinya. Uhh...
Limabelas menit lagi aku harus boarding. Dan kau sudah dua tiga kali melirik jam tangan.
Present of us
Tak ada obrolan tentang masa lalu selama sisa waktu itu. Kita sama-sama bertukar kabar gembira tentang orang-orang yang kita cintai.
Anakku sudah masuk TK, kindergarten gitu deh. Suamiku mengajar. Gelar master dari Princeton membantunya menjadi dosen di Philadelphia. Sementara aku jadi orang kantoran di Kedutaan RI di New York.
Dan kau, istrimu telah memberimu dua buah hati. Ketemu dimana, tanyaku tak kuasa menahan penasaran. Brastagi, Sumatera Utara.
Garuda yang hendak membawaku ke Jakarta telah merapat. Belalai garbarata pun melekat di pintunya.
Kau kembali melirik arloji dan pamit sebentar menjawab telepon. Kita pun berpamitan di tengah suara gemuruh mbak-mbak mengumumkan agar penumpang tujuan Jakarta segera masuk ke perut pesawat.
Menghitung mundur, siang ini aku sudah harus sampai di Cengkareng dan langsung ke Deplu di Gambir.
Esok harinya, aku melintas di atas Lautan Pasifik menuju negeri Paman Sam. Di sana, kata suamiku, anakku Raya tengah sibuk melukis dengan pastel pemandangan taman-taman di New York.
Di atas barisan pohon oak, di antara mega-mega, ia menulis: I love u, Mom.***
waahh...sebuah cerita yang sarat dng nostalgi, terpapar indah..:)
ReplyDeleteAku suka bacanyaaaa.. ^_^
ReplyDeleteKeren mas...
@ Mbak Windflowers: Trims Mbak... lagi main fiksi nih :)
ReplyDelete@ Nilla: Thanks a lot, barusan main ke postingan barumu nan teduh. Benar juga kata orang bijak dahulu, kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan :) Keep smile Nilla
Susah suit... Prikitiw.... lagi nostalgia nie ceritanya haha......wah asik emank klo ngenang hal2 indah Sob...
ReplyDeletemaaf aku telat..... Semangat Sob..
@ Dj Site a.k.a Ferdinand: Tak ada kata terlambat untuk silaturahim, malah aku yang agak kendor blogging dua mingguan ini. Trims brader :)
ReplyDeleteWah, mbendino nulis gini, bakalan seneng sekali aku.. Jadi pingin beli 'horison' loakan lagi... ka ka ka ...
ReplyDeletekeren nih..sungguh suami yg setia.
ReplyDeleteDuhhh bahasanya itu loh :)
ReplyDeleteIndahnya sebuah pertemuan, setelah dibatasi jarak dan waktu,...
ReplyDeleteohhhhhhhhhhhh
ReplyDeletetak terbayang rasanya
CLBK ea bang,,wakakakakakakakakak ^^
ReplyDeleteyuhuuu,,,,suit suit suitr, jadi pengen lihat fotonya inaaaa!!!!
ReplyDeleteprikitiew......(sule:ON)
ReplyDeletesiapakah dirinya???
aku penasaran bngt smoga ada kisah brsmbung lain setelah ini,antara newyork dan jakarta.....haha
Siank Sob.... wah bener ya... untung sahabatku baik2 kaya kamu yg ngerti klo aku telat hhe.... wah samaan klo gtu kita haha... tetep semangat Brader,....
ReplyDeleteSahuuuuur!!! Sahuuuur!!!!
ReplyDeleteduh, abis ngemail malah ga bisa tidur, so jalan-jalan ajalah.. klo tidur mesti lewat waktu sahur, hehehehe
Btw, ceritanya keren mas (smoga bukan terinsiprasi dari kisah hidup mas inung, hehehe- becanda red). Jujur aku seneng sekali mas inung kembali nge blog, abis sepi dunia pem-blog-an tanpa mas inung dan teman-teman lainnya (grecek, pakies, dll). aku maklum kok, abis aku juga rada ga konsisten lagi ngeblog, hehehehe
WOW, kisahnya seruuuuu....
ReplyDelete:)
maen dulu di halaman samping nih.... kalo dihalaman dpn ada apa ya?
ReplyDeletehehe... kisah yg menarik
sebuah fiksi-kah??
ReplyDelete@ sobat Halaman Samping:
ReplyDeleteTerimakasih matur nuwun telah nongkrongin postingan pendek ini.
Btw soal inspirasi cerita ya namanya aja fiksi ya dibikin pura-pura bo'ongan eh beneran qe3 Trims yo, maaf minggu-minggu ini agak lelet bloggingnya :)
Salam blogger :)
weew, lama g maen kesini, ada cerita segar di halaman samping, di tengah panasnya hawa puasa di surabaya....asyik bgt nih, jd inget2 dg si petir dr blitar lg!....hahaha..hush...ga blh terbw cerita fiksinya m inung ah..salam.
ReplyDelete@ Mbak Tiwi yang bandaranya aku pinjem :)
ReplyDeleteTerbawa dikit oleh cerita boleh kok, asal di blog ini aja. Awas kalau pas nyetir mobil, nyuci piring, nanak nasi, makan sahur dan buka, mbak Tiwi masih cengar-cengir... qe3
Apalagi iseng nyari download MP3 soundtrack postingan ini, "Memori"-nya Ruth Sahanaya :D hush... qiqiqi
hahaha...aduh mules nh perut gara2 cekikikan...weleh2...lagu memory tante ruth lagu jadul jmn kakakku dulu, meski jdul enak jg...xixixi. uoohh petir...pergi jauh sana hush hush...he3
ReplyDelete