"Hallo Nung, aku Hendra," repet seseorang dengan dialek Batak di speaker Motorola-ku, pagi menjelang siang ini. "Masihkah di majalah sawit itu?" lanjutnya sebelum aku bertanya siapa 'Hendra'. Rupanya dia, tepatnya Pak Hendra, kenalanku di JCC pas liputan Sampoerna Agro Expo, April silam.
“Gini Nung, aku sekarang mengelola majalah bulanan perkebunan. Kita butuh teman-teman redaksi buat bikin ramai nih,” katanya sambil menyebut sebuah departemen di kawasan Pasar Minggu, pemangku majalah itu. Kujawab bahwa aku sudah tidak lagi nongkrong di Cibubur, kantorku dulu. Juga tak lagi bergelut dengan harga CPO yang membumbung pada angka $1300/ton dan lantas bummm… rubuh di kisaran $700/ton dalam selang 3-4 bulan.
“Saya sekarang di tabloid remaja, Gaul, di Tanjung Duren. Arah Grogol, Jakarta Barat, Pak,” jawabku setelah dia bertanya kemana sekarang aku berlabuh. “Jauh banget kamu pindah,” lidah Bataknya makin nyaring dan disambung dengan tawa hahaha. Mungkin maksudnya ‘jauh’ adalah soal perbedaan ranah media, tapi juga bisa menyoal jarak antara Cibubur-Tanjung Duren yang dari ujung ke ujung. “Sering ketemu artis kau!” celotehnya dan kujawab, tiap hari lah Pak! Tak terasa lidahku mendadak Batak. Tapi gagal total, jangankan lidah, seumur-umur bibirku saja belum pernah menjangkau bibir bidadari Batak. Hmm… mendadak curhat nih!
“Ya itulah, kapan-kapan kalau Inung ada waktu mainlah ke kantor yang di Pasar Minggu ya! Lantai 3 gedung B,” undangnya yang aku iyakan. Kubilang juga, aku akan baca majalahnya dulu biar nanti ngobrolnya lebih cair. Di ujung sana, Pak Hendra menunjuk beberapa toko buku besar tempat majalah itu ikut menyesaki outlet majalah dan koran. “Nanti bisa lah kau bikin wawancara perkebunan sama artis-artis itu ya,” katanya sebelum menutup perbincangan ramai kami. Siap komandan!!!
Hmm, bulan puasa ini memang penuh berkah.
Semoga menjadi rejeki, haiyaaa....
mudah2an beneran ada prospeknya ya pak :)
ReplyDeletesalam kenal...