Pagi di Asofa

Let's go!

Kluyuran pagi-pagi, silaturahim dadakan dan tentengan.

Di sabtu pertengahan Mei ini, di ujung pekan menemani istri merayakan cuti kerja, saya memulai hari dengan mengajak dia dan Kaka (5 bulan) jalan-jalan pagi. Tidak seperti pagi atau sore sebelumnya, kali ini rutenya jauh berbeda.

Kami blusukan lewat gang kecil yang memaksa orang yang berpapasan mesti memiringkan badan. Terjepit di antara rumah petak dan bedeng dengan jalan separuh konblok setengah tanah lumpur.

Saya sendiri baru melintasinya sekali, dulu banget. Sedangkan istri belum pernah blas. Sedikit terhuyung karena langkah kaki mesti menyeimbangkan badan menapaki gang sempit dan licin, kami sempat bertemu dengan Pak Rozaq, pedagang mie rebus yang mangkal dekat rumah. 

Dua rumah sebelum belokan dekat kontrakannya, lelaki 50-an asal Tegal itu sudah mengembangkan senyumnya. “Waa… jalan-jalan nih,” katanya sambil mencowel kaki mungil Kaka di gendongan saya. Istrinya juga menggoda Kaka dari samping tali jemuran. Pagi yang cerah makin hangat dengan silaturahim dadakan :)

Dua belokan singset kemudian, kami sampai di ujung gang. Kata saya, nah… ini Bun, njedhulnya di sini. Bundanya Kaka segera mengenali ruas Jalan Berdikari, nama lain Jalan Masjid Al Anwar. Dari mulut gang, jika ke kiri maka berarti kembali ke arah kompleks Asofa, rumah kami. “Yuk ke kanan aja. Lebih menarik di sana hehehe,” kata saya.

Selemparan batu dari gang itu, kami sampai di SevEl. Ini waralaba tempat nongkrong asal Amrik yang sebagian besar menjual produk makanan-minuman instan Jepang.

Kursi-kursi di terasnya yang biasanya sesak oleh abege dan yang merasa abege, hanya diisi dua orang sekuriti. Isih isuk, gitu loh.

Kami memilih menyeberang ke minimarket dan keluar menenteng segepok kopi instan sachetan dan susu kedelai. Di jalur pulang, tas kantong plastik bertambah sebungkus nasi uduk komplit lauk.

Sampai rumah, sarapan kami bak pesta kecil-kecilan bareng Kaka yang berceloteh ah-ih-uh-eh-o  di singgasana kasur kekuasaannya. :D

***