Wednesday, April 13, 2011

"Bekerjalah, kayak saya"

by Orlando Rosu/123rf












Tertulis di dua sisi gerobak tukang pengumpul barang bekas, saya
memergokinya di bawah fly over jembatan kereta api listrik sekitar
Juanda, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu sepulang ngeluyur dari
Harco Mangga Dua.

Tentu saja saya tersenyum. Saya pun yakin, sang pemilik gerobak bukan
ingin mempromosikan pekerjaan atau agar orang lain mengikuti pilihan
kerjanya.


Sebaliknya, saya berani memastikan, si penulis ingin bilang: ayo
jangan berpangku tangan dan menopang dagu. Bekerjalah, apapun itu
asalkan halal.

Simak pula tanda koma yang ia sisipkan. Intinya adalah bekerja.
Karena, meski pekerjaannya hilir mudik menyerusuk ke gang kecil hingga
masuk kompleks, itulah pekerjaan yang membuatnya mampu menghidupi dia,
mungkin juga keluarganya.

Jika saja tanpa koma, bisa jadi karir pengumpul barang yang hendak ia
sosialisasikan :) Jikapun iya, it's oke, lha wong memang menghasilkan
uang dan sekalian membantu emak dan babe-babe yang bingung membuang
barang rumah tangga seperti kipas angin ajrut-ajrutan, rice cooker
ngadatbobrokkaratan atau ban motor bekas.

++
Siang inipun, saya mencuci motor atau tepatnya mencucikan motor di
tempat cucian motor di deket rumah bilangan Asofa, Kebon Jeruk.

'Operator'-nya ternyata anak punk. Bisa saja disebut mantan anak punk,
tapi saya segera teringat dengan semprotan grafiti: punk never die :)
So, punk nggak kenal kata mantan, it's in their blood n bone.

Bajunya pun masih khas item-item dengan gesper dan sabuk melingkar di
celana jeans belel. Rambutnya pun bukan model pasaran poni lempar
ponakan saya, itu tuh si Justin Bibier :D

Atribut non punk, sekalian menandakan ia bekerja di steam wash
hanyalah sepatu boots karet setinggi betis. Bukan berbahan kulit atau
sneaker kanvas berbordir swastika atau tengkorak.

"Dah dapet berapa motor?" Tanya saya sebelum mengulurkan lembaran Rp 7000.
"Delapan, biasanya cuma lima-enam," jawabnya, tersenyum.

Alih-alih tebersit slogan SBY yang pro-job, pro growth dan pro poor,
bayangan gerobak biru bertulisan cat putih di Juanda itu hadir jauh
lebih menguat: Bekerjalah, kayak saya.

** Kebon Jeruk, JakBar, 14.03 wib. Salam blogger w/ smile

7 comments:

  1. Assalamu'alaikum Kang Inung,
    inspiratif Kang. Mo pake KOMA ato endak, pesan didalamnya sangat jelas bahwa kita yang masih usia produktif harus bekerja, jangan berpangkutangan

    ReplyDelete
  2. Aku dataaaang......

    Ayooo bekerjaaa.... apa pun pekerjaannya yang penting halal... apapun pekerjaannya bila dilakukan dengan ikhlas dan sungguh2 bakal sukses.....

    oot : soal ke prabu besok insyaallah tanda tangan kontrak di satker, klo deal berdasarkan kesepakatan, mungkin dalam minggu ini ami sdh berangkat ke sana... mohon doa nya.. ya bapake Kaka... hehehe

    ReplyDelete
  3. waa....saya jadi semangat nih. makasih postingannya. ayo bekerja!!!

    ReplyDelete
  4. hmmm...sedikit merenung setelah membaca tulisan ini....

    salam :)

    ReplyDelete
  5. Met pagi Kang.. :D

    Hem... pelajaran yg sangat berharga dari orang2 yg sering dianggap gak ada harganya.... mereka yg hidup kadang kekurangan aja masih tersu berusaha ditengah ikhtiarnya, masa iya kita cuma males2an doank :D

    Semangat >>>

    Met aktivitas nggeh kang :D

    Ps: gak ada Foto Gerobaknya nie?

    ReplyDelete
  6. asswrwb.. yg pntg halal, tdk merugikan org lain, lakuakan dg sungguh2 insyaAllah menuai hasil.

    ReplyDelete
  7. ++ Pakdhe Pakies: Yoi, semangat makaryo! :D

    ++ Ami: welkam to Prabumulih, tiap minggu biso mudik nih cuma 2 jam dari Palembang, 89 km ^^

    ++ Nova di Aceh: lets go, start the day with smile :)

    ++ Nufri: merenung sambil mancing, dapet gurameh dong qe3

    ++Ferdinand aka Dj Site: kemarin dulu cuma lewat doang, ga sempat brenti, ntar disruduk Alphard-nya juragan laptop Mangga Dua qe3

    ++Bulik Tiwi: tentu saja, Tuhan menyukai orang-orang yang optimis *_*

    ReplyDelete