Friday, July 2, 2010

Sumpah, bukan di Indonesia!

Ini cerita pengalaman yang bikin aku meringis pagi-pagi. Di-share oleh teman dari kawan alumni kampus di milis pendidikan, aku rekonstruksi agar lebih enak bacanya. Kalo di film Hollywood, ditulis: 'Based on true event' =D















Satu hari di bulan Juni lalu, saya seharian dapat jatah menjaga ujian mahasiswa di salah satu sekolah pasca sarjana teknik di Saint-Etienne, Prancis negerinya Thiery Henri. 

Kota wisata dan pendidikan ini sekitar 400 km tenggara ibukota Paris, atau setara Jakarta- Pekalongan. Jarak Waktu  tempuh bermobil sekitar 10 jam, ini karena jalannya mulus qe3

Matakuliah ujian yang saya tongkrongin namanya Metalurgi Pengelasan. Saya kebagian jaga ujian sekaligus koreksi karena ikut mengajar 3 kali pertemuan. Ujian sifatnya buku tertutup sedangkan semua formula yang diperlukan sudah disediakan di lembaran terakhir. 

Ditengah suasana hening, ruang ujian sempat gaduh meski tak terlalu mengganggu peserta lainnya.  Pasalnya ada mahasiswa yang ketangkap basah nyontek! Anak Jakarta bilang, ke-ge’ep qe3

Dari wajahnya kayaknya orang-orang Afrika Utara. Tanpa basa-basi digelandang ke kantor Dekan. 

Sebagai penjaga gawang eh tukang jaga, saya dipanggil ke ruang Dekan untuk tanda tangan berita acara. Ini memang prosedur resmi. 


You must out, out and go out!
Lantas, apa ganjaran buat si mas mahasiswa? Olala, tak hanya kartu kuning, kartu merah atau tendangan penalti... malah gabungan ketiganya!

Celaka pertama, si mahasiswa dihukum 5 tahun tidak boleh mengikuti ujian apapun di kampus ini maupun universitas lain di Perancis. 

Sial kedua, karir di dunia militer juga tertutup 100 persen. Peduli amat misalnya dia kader ormas,  anak jenderal atau cucu presiden. =D

Apes ketiga, tembusan berita acara dikirim ke Menteri Riset dan mampir pula ke semacam Departemen Pendidikan Tinggi.


Dan, gawat keempat, surat berita acara tersebar ke polisi, sarana umum, dan bejibun kantor dinas lainnya.

Lebih mantap lagi, ketika saya share ke anak laki-laki saya yang lagi ujian Brevet, dia juga bilang hal yang sama. Aturan tersebut tidak hanya berlaku di Perguruan Tinggi, namun juga di sekolah-sekolah tingkat SMA seantero Prancis. Wah!

***
Catatan dari halaman-samping: Ini mengingatkan pesan guru bahasa Indonesia berlipat tahun silam, “Sekali lancung ujian, seumur hidup tak dipercaya.”

Nah, advis mujarab dariku, pindah kewarganegaraan aja ke Indonesia. Di sini, nyontek ujian masih bisa jadi bupati, dosen pasca sarjana di institut terkenal (sebelum ketahuan sih) atau masih dapat jalan lempang jadi perwira berbintang.

Btw, seorang kawan yang aku ceritain, mengacungkan jarinya di depan hidung.
Katanya, “Itu Paris, Bung! Bukan Jakarta, Trenggalek, Pangkalan Bun atau Bandung…”
He-he-he

3 comments:

  1. wah hebat artikelnya. di Indonesia seperti ini, mungkin banyak yang bunuh diri kerna tidak lulus ujian, hehee...hanya canda.

    ReplyDelete
  2. Nila setitik, rusk susu sebelanga.... sayang bangeeet yaaa... hehehehe ^_^

    ReplyDelete