Friday, July 11, 2014

Jealousy...

Nun berbelas tahun lalu, salah satu celetukan yang happening adalah ini: iri tanda tak mampu.

Biasanya celetukan ini merespon komentar orang yang nyinyir. Mengomentari apa yang kita lakukan, atau mengomentari apa yang kita dapatkan.

Kini, celetukan itu memang sudah jarang terdengar. Tapi, soal nyinyir, ya tetep dilakuin orang. Setan memang ga kenal musim untuk bikin orang bertingkah ngeselin :)

Kemarin teman cerita, dia dapet 'koleksi' tambahan orang yang komentarnya menjengkelkan.

Ini list komentarnya, paling nggak ada dua macem komentar untuk dua hal yang dia lakukan:

1. "Oh suka renang ya. Kok nggak sickpack, tetep buncit. Berarti nggak ngaruh olahraganya. Percuma, percuma ... Yeee nggak ngefek."

2. "Gimane neh kantormu... Semoga kamu tetep kerja yang bener ya..."

Dari dua komentar dari dua orang yang berbeda dan mengenai dua hal yang berbeda itu, teman main futsal saya itu menyikapinya dan mengalisis gini (kayak lembaga survei aja).

a. Stay cool.
Meski kuping panas, tetep adem. Sepersekian detik ketika mendengar, segera tarik nafas dalem-dalem. "Itu akan membuat elu tenang dan nggak reaksioner," katanya.

b. Empati
Lanjutan dari bersikap adem, justru kita akan berempati. Bisa jadi kita jadi tahu, dan sering kali sih, orang yang nyinyir bukan karena sebel dengan kita. Mungkin saja hanya sebagai pelampiasan karena lagi sebal dengan orang lain, kesal dengan boss, atau ada masalah di rumah.

c. Senyum
Kalau kita senyum, orang yang nyinyir bisa jadi makin sebel lho. Karena, dia awalnya membayangkan kita ikutan kesal tapi kok justru senyum ya.

Bisa juga, dengan senyum juga menetralisir suasana. Tapi biasanya yang terjadi adalah yang bersangkutan makin jengkel.

Di luar itu, orang yang berkomentar negatif justru ingin melakukan hal-hal yang kita inginkan. Hanya saja, lantaran dorongan ego, mulutnya justru mengeluarkan komentar sampah :)

Misalnya, ketika mengunggah foto lagi jalan-jalan di wall FB, oknum kawan justru mengomentari, "Ini pasti foto rekayasa... Nggak pas dengan backgroundnya. Palsu."

Awalnya agak ngerasa panas, tapi ketika inget bahwa keseharian dia hanya habis di rumah saja, jadi maklum: kayaknya dia pengen juga jalan-jalan. Dan sebel begitu orang lain bisa piknik :)

Atau, ketika saya selesai lari, ada oknum rekan bilang, "kayak nggak ada kerjaan nih. Orang itu santai-santai, malah kamu keringetan."

Saya sih diem aja, karena inget kutipan gini: "don't ask why I running, ask yourself why you don't".

Juga, orang yang bukan pelari tidak bakal paham nikmatnya lari. Seorang teman cewek saya pernah bercericit di timeline twitternya, kurang lebih gini: lari itu enak banget, capek tapi seger banget kalau dah selesai."

Belakangan, lagi-lagi saya maklum, ternyata latar belakang oknum rekan itu nyinyir karena dia jengkel disuruh-suruh pacarnya untuk olahraga.

Selain karena dia mulai tambun dan merokok, ceweknya juga males jalan-jalan atau ngobrol dengan si oknum. Kenapa? karena nafasnya bunyi berdesing kalau ngobrol lama, heeehhh... heeehhhh.... heeehhhh.....

Walau suaranya pelan tapi tetep terdengar, apalagi ketika ngobrol bareng keluarga si cewek. Malu. Jalan kaki dari mall ke parkiran pun kecapekan hehehe....

So, makanya saya sih lebih suka ngademin kuping kalau ada orang yang nyinyir. Ya itu tadi, mungkin masalahnya bukan di kita tetapi justru dianya yang punya masalah dan cari pelampiasan. Selain itu, ya karena iri dan mencemburui hidup kita yang happy-happy ini :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments:

Post a Comment